Siapa Yang Pertama Kali Membuat HOAX Bahwa Kemungkinan Besar Ijazah Jokowi Palsu? Ternyata Ini Orangnya!

- Senin, 12 Mei 2025 | 05:50 WIB
Siapa Yang Pertama Kali Membuat HOAX Bahwa Kemungkinan Besar Ijazah Jokowi Palsu? Ternyata Ini Orangnya!




PARADAPOS.COM - Siapa yang pertama kali membuat HOAX bahwa kemungkinan besar Ijazah Jokowi Palsu?


Ya dia  sendiri!


Sumber paling awal Hoax ini, adalah pernyataan ketika menjadi Pembicara di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, 28 Juni 2013, ketika itu Jokowi masih menjadi Gubernur DKI Jakarta dan otw ikut Pilpres 2014.


https://www.tempo.co/politik/jadi-capres-tak-perlu-ipk-4-jokowi-ipk-saya-kurang-dari-2-1228772


Dia mengatakan di Forum sangat penting dan bersejarah tersebut:


1) Bahwa IPK bukanlah tolok ukur utama untuk menjadi Presiden


2) IPK nya saat kuliah "Dua saja tidak ada", artinya secara eksplisit dia mengaku bahwa IPK kuliah di UGM <2.


Pernyataan kedua ini tentu saja harus diduga  HOAX karena bukan saja UGM, Kemendikti RI saja memiliki peraturan bahwa kelulusan Sarjana di Universitas manapun, harus dicapai dengan IPK >2,0.


----


Apa yang dilakukan Jokowi dengan kemungkinan HOAX yang dia buat ini?


Satu

Selama 11 tahun dia membiarkan pernyataan yang sangat merendah UGM dan  ini terus memicu polemik, perdebatan, perpecahan, hasutan di antara masyarakat yang sangat tajam dan makin menajam, ketika


Dua

Tindakan yang dia lakukan, alih-alih melakukan KLARIFIKASI atas pernyataan yang sangat berbahaya, karena bisa menimbulkan FITNAH terhadap UGM, yang ternyata bisa meluluskan Mahasiswanya, walau IPK <2, dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap UGM. 


Tiga

Malah memenjarakan Jurnalis yang kritis yaitu Bambang Tri Mulyono, dan di tahun 2025 ini malah mengkriminalisasi Tiga Intelektual: Roy Suryo, dr Tifa, dan Rismon Sianipar. 


Seandainya ada tuntutan Fitnah dan Pencemaran Nama Baik, maka yang melakukannya adalah yang memberi pernyataan bahwa: Dia bisa lulus UGM walaupun IPK nya <2!  


Siapa yang menjadi korban Fitnah dan Pencemaran Nama Baik? Ya UGM pastinya. 


Masa Universitas Ternama di Indonesia dan Dunia, UGM, bisa meluluskan Sarjana dengan IPK <2?


Maka, Tiga Intelektual, Roy Suryo, dr Tifa, dan Rismon Sianipar, yang ketiganya adalah ALUMNI ASLI UGM, tergerak untuk melakukan analisis, demi marwah dan martabat UGM.


Jangan kebalik-balik! Yang membela UGM malah dikriminalisasi, yang merendahkan UGM malah dilindungi!


(Dokter Tifa)


Jadi Capres Tak Perlu IPK 4, Jokowi: IPK Saya Kurang dari 2!


Berbicara bersama Mahfud Md dalam seminar mengenai kepemimpinan di Universitas Islam Indonesia membuat Joko Widodo harus menjawab pernyataan yang mendorongnya maju menjadi calon presiden.


Rosiana Silalahi, moderator seminar "Memimpin dengan Hati" itu malah bergurau menjodohkan dua nama sebagai pasangan dalam pemilihan presiden 2014.


"Buya Syafii, silahkan pilih mana yang RI 1 dan RI 2," kata dia kepada Buya Syafii Maarif yang juga menjadi pembicara di seminar merujuk pada sosok Mahfud dan Jokowi, Jumat 28 Juni 2013.


Saat mendapat giliran bicara Buya Syafii menyatakan tidak akan memenuhi permintaan Rossi. 


"Moderatornya kurang ajar, saya ditodong," Buya Syafii bergurau.


Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu kemudian mengulas singkat karakter calon presiden idaman publik, yakni mampu bertindak nyata untuk persoalan rakyat dan jujur serta anti pencitraan. 


"Hanya itu ukurannya, IPK 4 bukan indikator," kata dia.


Namun, dia buru-buru menambahkan IPK calon presiden sebaiknya tidak tiga ke bawah. 


Saat dia bertanya kepada Mahfud berapa IPK saat kuliah, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu menjawab "IPK saya dulu 3,8." Giliran Jokowi, jawabannya, "Dua saja tidak ada."


Pada sesi tanya jawab, sejumlah peserta seminar menyatakan dukungan untuk Mahfud dan Jokowi maju di Pilpres 2014. 


Seorang peserta malah bertanya ke Jokowi, "apabila bersama Mahfud jadi penghuni istana kepresidenan, bagaimana konsep blusukan untuk konteks wilayah Indonesia?"


Menanggapi itu Jokowi meyatakan saat ini dia masih menjadi Gubernur DKI Jakarta yang berkosentrasi menuntaskan masalah-masalah rumit di Ibu Kota. 


"Di mana-mana saya digosok-gosok, dipanas-panasi, jawaban saya selalu begini," kata dia.


Soal model blusukan jika menjadi presiden, Jokowi menjawab enteng "Tanya kepada presiden. Saya Gubernur DKI, blusukannya ke Cakung, Pondok Indah, dan sekitarnya."


Rossi belum puas memancing Jokowi. 


Dia bertanya lagi, "Kalau demi rakyat bagaimana, pak?" Kehabisan kata, Jokowi mengulangi jawaban tadi. 


"Sekarang saya Gubernur DKI, tanya saja soal Pluit," ujar dia yang memancing mayoritas peserta seminar terpingkal-pingkal.


Sumber: Tempo

Komentar