Menurutnya, isu ijazah palsu tidak akan serta-merta hilang. Proses hukum yang sudah berjalan akan memastikan isu ini kembali mencuat di setiap tahapannya.
"Pasti ramai lagi ijazah palsu ini. Karena, proses sudah masuk penyidikan. Ketika nanti diumumin tersangka, ini akan naik lagi. Ketika persidangan, ini akan naik lagi," ujar dia dikutip Rabu (16/7/2025).
Namun, ia juga melihat adanya peluang yang dimainkan oleh pihak Jokowi.
Serangan negatif yang bertubi-tubi justru bisa dikelola menjadi keuntungan politik.
Dengan memposisikan diri sebagai pihak yang terzalimi oleh sebuah agenda besar, simpati publik berpotensi diraih.
Narasi negatif diubah menjadi narasi positif untuk mendongkrak kembali popularitas.
"Isu yang tadinya negatif menyerang ini, untuk Pak Jokowi akan menjadi positif. Sehingga popularitasnya, elektabilitasnya semakin meningkat, kemudian kesukaan masyarakat kepada Pak Jokowi terus meningkat juga, kembali meningkat. Itulah yang mau dimainkan Pak Jokowi dalam hal ini. Dan itu sah-sah saja, gitu lho," tambahnya.
Analisis ini sejalan dengan pandangan bahwa setiap serangan dalam politik dapat menjadi pedang bermata dua.
Bagi seorang politisi ulung, serangan yang datang bukan hanya untuk ditangkis, tetapi juga untuk dimanfaatkan sebagai momentum untuk membangun kembali citra dan dukungan.
Jokowi, dengan pengalamannya selama satu dekade lebih di panggung politik nasional, dinilai sangat memahami dinamika ini.
Pernyataannya soal "agenda besar" bisa jadi adalah sebuah langkah catur yang telah diperhitungkan dengan matang, sebuah upaya untuk tidak hanya bertahan dari serangan, tetapi juga keluar sebagai pemenang dalam pertarungan persepsi publik.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Mendesak Evaluasi Menteri Hukum Supratman: Apa yang Perlu Diketahui Publik?
Anies Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke Prabowo, Netizen Salfok dengan Sentilan Berkelasnya!
Waspada! Utang Proyek Kereta Cepat Warisan Jokowi Bisa Jadi Beban Berat Pemerintah
Menhut Raja Juli Tantang Jokowi Soal Ijazah Asli Saat Pidato di UGM, Begini Faktanya