Dengan terus terang, ia menyuarakan perasaan para seniornya, "Itu perasaan kita enggak bisa nerima. Terus terang aja."
Ia pun mempertanyakan dasar meritokrasi yang digunakan untuk menjustifikasi lompatan karier tersebut.
Baginya, dalam sebuah institusi dengan pendidikan dan pelatihan yang seragam, tidak ada prestasi individu yang bisa begitu luar biasa hingga membenarkan perusakan hierarki.
"Sekarang apa sih prestasi luar biasa Akabari ini Mas? Tidurnya sama-sama. Bangun pagi sama-sama. Makan pagi sama-sama. di kuliah sama-sama, pulang pergi kuliah sama-sama. Enggak ada yang enggak sama-sama," sindirnya.
Baginya, yang membedakan adalah seni kepemimpinan, sebuah kualitas intangible yang dinilai seiring berjalannya waktu, bukan melalui lompatan instan.
Terseret Terlalu Jauh dan Panggilan Kembali ke Khittah
Puncak dari kritik Oegroseno adalah bagaimana "kesalahan fatal" pada 2015 itu secara langsung menjadi pintu masuk bagi politisasi institusi Polri.
Netralitas menjadi barang mahal ketika pimpinan tertinggi diangkat melalui jalur yang tidak konvensional, yang berpotensi menciptakan utang budi politik.
"Ini berawal dari tahun 2015 tadi itu. Polisi ditarik ke politik terlalu jauh," ungkapnya. "siapa yang bisa yang mengatakan bahwa oh ini tidak membantu kepala daerah yang dipilih dalam Pilkada gitu kan kelihatan ya," ujar Oegroseno.
Oleh karena itu, ia menyerukan panggilan yang mendesak agar Polri segera ditarik kembali ke relnya.
Kembali menjadi institusi yang profesional, netral, dan mengabdi pada rakyat, bukan pada kepentingan pejabat atau kekuasaan.
"Ini harus kembalikan lagi back to profesionalisme gitu loh. Tarik lagi ke sini. Jadi benar-benar netral polisi itu tribrata, abdi utama dari Indonesia dan bangsa ya kan," tegasnya.
Oegroseno menutup dengan sebuah pengingat keras tentang esensi tugas kepolisian, "Warga negara teladan daripada negara wajib menjaga ketertiban pribadi rakyat, bukan ketertiban pribadi pejabat. Enggak ada enggak ada ketentuan situ."
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Amien Rais Klaim Jokowi Tidak Punya Ijazah, Tanggapi 8 Tersangka Kasus Polda Metro
Hoaks! Tangkapan Layar WA Hasto PDIP Soal Soeharto Terbongkar Palsu
Dukungan Pemerintah Rp 57 Juta/Tahun untuk Keluarga 10 Pahlawan Nasional 2025, Termasuk Gus Dur & Soeharto
Prabowo Beri Julukan Don Si Kancil ke Dasco & Pesan Legacy untuk Kader Gerindra