Pak Presiden, Jangan Diteruskan Kegelapan Jokowi!
Oleh: M. Isa Ansori
Pegiat Perlindungan Anak dan Sosial di LPA Jatim
Akademisi di STT Multimedia Internasional Malang
Dewan Pakar LHKP PD Muhammadiyah Surabaya, Wakil Ketua ICMI Jatim
Sejarah bangsa ini mencatat, masa kepemimpinan Joko Widodo bukanlah era keemasan sebagaimana propaganda yang dipertontonkan rezimnya, melainkan sebuah zaman kegelapan demokrasi.
Demokrasi yang diperjuangkan dengan darah dan air mata reformasi, kini justru dikangkangi di bawah kekuasaan Jokowi.
Hukum, yang seharusnya menjadi panglima, justru berubah menjadi instrumen politik kekuasaan.
Keadilan dijalankan sesuai selera penguasa: tajam ke lawan politik, tumpul ke kawan.
Banyak kasus yang melibatkan lingkar kekuasaan dibiarkan tanpa proses hukum yang jelas, sementara lawan-lawan politik dikriminalisasi dengan pasal karet, dipermalukan dengan tuduhan yang dipaksakan, hingga dilenyapkan ruang geraknya.
Inilah wajah kegelapan itu: persengkokolan trias politika – eksekutif, legislatif, dan yudikatif – yang seharusnya saling mengawasi, malah bersekutu dalam menjaga kepentingan penguasa.
Semangat reformasi yang dulu lahir untuk memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), justru kembali subur di bawah Jokowi.
Negeri ini dipertontonkan bagaimana anak dan keluarga presiden dimuluskan jalannya oleh hukum yang sudah dikangkangi: Gibran tiba-tiba bisa menjadi calon wakil presiden lewat putusan MK yang sarat konflik kepentingan, sementara menantu dan kerabat lain dengan mudah menempati jabatan publik.
Sementara itu, para penjilat penguasa dilindungi oleh hukum. Siapa pun yang setia membela rezim, seakan kebal hukum.
BUMN dijadikan bancakan, dijarah habis-habisan, hanya demi melanggengkan kepentingan politik dan oligarki.
Tidak ada lagi keteladanan moral. Negara terperosok dalam budaya transaksional yang merusak sendi-sendi keadilan dan demokrasi.
Kini, rezim Jokowi telah usai. Tapi Prabowo mewarisi puing-puing kegelapan itu.
Pertanyaan besar muncul: apakah Prabowo akan melanjutkan tradisi kegelapan ini, atau berani menyalakan obor baru untuk membangkitkan kembali marwah demokrasi dan keadilan hukum?
Prabowo harus membuktikan janjinya, bahwa ia bukan bayang-bayang Jokowi.
Sebab di sampingnya memang ada Gibran, anak haram konstitusi, hasil persekongkolan politik dan hukum yang dipaksakan.
Namun kehadiran Gibran tidak boleh menjadi penghalang bagi Prabowo untuk menegakkan janji dan sumpahnya.
Artikel Terkait
Jokowi Pilih Forum Bloomberg, Abaikan Sidang Ijazah Palsu: Analisis Dampak Politik
Analisis Posisi Jokowi Pasca Lengser: Prabowo Subianto Kuasai Panggung Politik
Tony Rosyid: Tuntut Pertanggungjawaban Jokowi 10 Tahun Memimpin Itu Wajar
Victor Rachmat Hartono Dicegah ke LN: Kasus Pajak PT Djarum yang Menggegerkan