Menurut Ginting, penggantian LSP bisa membuka jalan bagi reposisi Polri dengan arah baru: lebih profesional, humanis, dan lepas dari praktik represif.
“Kepolisian harus direformasi, bukan hanya jadi alat kekuasaan,” ujarnya.
Keempat, menunjukkan ketegasan kepemimpinan.
Prabowo, kata Ginting, harus menegaskan dirinya bukan sekadar presiden boneka yang melanjutkan warisan Jokowi.
“Kalau Prabowo berani potong mata rantai kekuasaan lama, itu pesan tegas bahwa dia pemimpin sejati, bukan perpanjangan tangan Jokowi,” kata Ginting.
Meski demikian, Ginting tidak menutup mata adanya risiko politik.
Hubungan Prabowo dan Jokowi hampir pasti akan retak jika LSP dicopot, karena ia adalah “titipan politik” Jokowi.
Selain itu, kelompok LSP yang sudah mengakar selama 4,5 tahun terakhir di Polri bisa melakukan perlawanan internal.
“Namun seorang komando tidak boleh gentar menghadapi resistensi. Justru dari situ ujian kepemimpinan Prabowo akan terlihat. Apalagi jika Kapolri baru yang dipilih benar-benar di luar orbit LSP,” jelas Ginting.
Menurutnya, Prabowo berada pada titik krusial: terus memelihara status quo yang melemahkan citra pemerintah, atau melakukan langkah radikal yang bisa memulihkan kepercayaan rakyat sekaligus mempertegas kepemimpinannya.
“Pilihan ada di tangan Prabowo. Apakah dia akan tercatat sebagai presiden komando yang berani, atau sekadar pelanjut kekuasaan lama,” pungkas Ginting.
Sumber: SuaraNasional
Artikel Terkait
Soeharto Pahlawan? PDIP Menolak, Tapi Apa Dosa Mahasiswa 98 Disebut Penjahat?
Roy Suryo Cs Rilis Black Paper Gibrans Usai Jokowis White Paper, Benarkah untuk Makzulkan Wapres?
Gibran Dinilai Kian Melempem: Tinjauan Kinerja Setahun Prabowo dari Pengamat Sospol
APBD Jabar Rugi! Purbaya Sentil KDM Soal Bunga Giro Rendah, BPK Bisa Turun Tangan