Satu-satunya partai yang ia andalkan saat ini hanyalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Sementara dukungan dari partai lain, seperti Golkar, PAN, Nasdem dan PKB, masih mengambang.
Biasanya dukungan partai-partai itu akan bergantung kepada arahan penguasa alias presiden.
Kalau Gerindra sudah tidak mendukung Bobby, pasti ia pun akan sulit mendapatkan dukungan dari partai besar lain nya.
Hanya PSI yang bisa diharapkannya, sebab partai itu sudah mendeklarasikan diri sebagai partai keluarga Jokowi. Ketua umumnya juga masih dijabat putra sulung Jokowi, Kaesang Pangerap.
Tidak heran jika muncul keyakinan bahwa tak lama lagi Bobby kemungkinan hengkang dari Gerindra ke partai itu.
Untuk mengandalkan PSI semata, pasti Bobby tidak terlalu percaya diri.
Oleh karena itu ia mencoba membangun kekuatan dari kelompok lain, seperti dari para akademisi, organisasai agama, dan para tokoh elit di tingkat pusat yang masih loyal kepada Jokowi.
Dari kelompok akademisi misalnya, Bobby berupaya menjalin kekuatan dari kampus Universitas Sumatera Utara (USU) dengan menggaet Muryanto Amin, rektor USU untuk kembali sebagai konsultan politiknya.
Namun jabatan Muryanto sebagai rektor akan berakhir pada Desember 2024. Maka itu Bobby terus memberi dukungan agar Muryanto kembali terpilih sebagai rector.
Dukungan Bobby tidak hanya diberikan lewat suara (sebab Bobby sebagai gubernur punya satu suara pada pemilihan di tingkat Majelis Wali Amanat), tapi juga diberikan melalui dukungan dana.
Sayangnya, dana yang mengalir dari Bobby Nasution ke Muryanto Amin terindikasi dari dana korupsi proyek jalan.
Makanya KPK memanggil Muryanto untuk dimintai keterangan mengenai uang korupsi itu.
KPK sudah membenarkan bahwa Muryanto dan Bobby berada dalam satu cyrcle kekuasaan.
Di dalamnya juga ada Topan Ginting, mantan Kepala Dinas PUPR Sumut yang sudah ditahan KPK dalam kasus korupsi. Topan adalah pejabat kepercayaan Bobby Nasution.
Bobby dekati HKBP
Langkah Bobby lainnya adalah mendekati kelompok organisasi agama.
Kelompok Ormas Islam sudah pasti menjadi sasarannya. Hanya butuh persediaan uang yang besar untuk mendapatkan dukungan dari kelompok itu.
Yang justru sedang didekati Bobby saat ini adalah dukungan dari HKBP melalui tangan tokoh elit yang dekat dengan organisasi itu.
Salah satu strategi Bobby mendapatkan dukungan HKBP adalah dengan menunjuk Togap Simangunsong sebagai Sekda Pemerintah Provinsi Sumut.
Togap adalah tokoh HKBP yang cukup berpengaruh di masyarakat dan pemerintahan.
Ia bahkan kerap mewakili HKPB dalam berbagai pertemuan. Tentu saja sebagai gubernur, Bobby akan mendukung sejumlah kegiatan yang dilakukan HKBP di Sumut.
HKBP adalah ormas Kristen terbesar di Sumut dengan jumlah pengikutnya diperkirakan mencapai 4,5 juta jemaat.
Sudah tentu jumlah ini sangat seksi untuk dimanfaatkan pada setiap Pilkada dan Pemilu.
Selain ormas agama, Bobby tentu saja tetap membangun koalisi dengan para elit di Jakarta yang masih setia dengan Jokowi.
Cantolannya tidak lain adalah Luhut Binsar Pandjaitan yang sampai sekarang tetap menempatkan diri sebagai loyalis Jokowi.
Selain itu, ada pula sosok Agus Andrianto, mantan Wakapolri yang kini menjabat Ketua Majelis Wali Amanat USU.
Pada Pilkada Medan 2020 dan Pilkada Gubernur 2024, Bobby sangat banyak dibantu oleh Agus Andrianto ini melalui gerakan politik polisi yang disebut ‘Partai Coklat’.
Atas jasanya itu, tak heran jika Jokowi turut merekomendasikan Agus Andrianto kepada Prabowo untuk diangkat sebagai Menteri pada Kabinet Merah Putih.
Semua kelompok ini yang menjadi andalan Bobby Nasution untuk kembali berkuasa pada Pilkada 2029.
Ia akan menguasai kampus USU dengan mendorong Muryanto kembali terpilih sebagai rektor, ia akan mendekati Ormas agama, dan menjalin kerjasama dengan elit tertentu Jakarta.
Sedangkan untuk partai, satu-satunya harapan pasti itu hanya ada pada PSI.
Dukungan untuk Bobby dari partai Gerindra, PAN, Golkar dan lainnya sangat bergantung perkembangan hubungan Prabowo dan Jokowi.
Tak terbantahkan bahwa langkah Bobby dalam dunia politik tidak lepas dari karbitan Jokowi.
Tanpa Jokowi, Bobby adalah no body. Status mertua yang membuat ia menjadi sosok some body.
Makanya jangan heran jika pemilihan rektor USU yang sedang berjalan saat ini menjadi isu nasional, semuanya karena tidak lepas dari scenario Pro Jokowi menjelang Pilkada dan Pemilu 2029.
Sumber: KajianBerita
Artikel Terkait
PAN Rekrut Menkeu Purbaya, Strategi Magnet Pemilu 2029?
Roy Suryo Kritik Wapres Gibran Mancing di Hari Sumpah Pemuda, Sebut Biaya Besar
Dukung Perpanjangan Kereta Cepat Whoosh ke Surabaya, Ini Kata Pemerhati Transportasi
Purbaya Yudhi Sadewa: Ancaman Serius bagi Prabowo-Gibran di Pilpres 2029?