”Kami berharap melalui penggunaan pupuk organik ini, dapat memberikan kualitas lebih baik dari sisi ketahanan, mengembalikan hara tanah, dan produksi yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani,” jelasnya.
Pertanian organik mampu membuat tanaman cabai lebih kuat terhadap perubahan cuaca. Sebab biasanya tanaman cabai tidak kuat dengan volume air yang tinggi saat musim hujan.
Baca Juga: Seleksi CASN 2024 Dimulai Bulan Mei, Kuota Ten dan Guru Capai 40 Persen
Dengan pemakaian pupuk organik seperti sabut kelapa, kedebong pisang, serta kotoran hewan, dapat membuat cabai bertahan dan berproduksi dengan baik walau terkena curah hujan yang tinggi. Sedangkan penggunaan digital farming untuk mengukur kecocokan iklim sekitar, curah hujan, hara tanah, dan PH tanah.
Penggunaan digital farming membuat petani mampu memproduksi cabai di luar dari musimnya. ”Tentunya akan memberikan kesejahteraan pada petani cabai,” kata Berry.
Berry menambahkan, BI NTB akan terus mencari klaster tani binaan lainnya. Tidak hanya di Lombok Timur, namun juga hingga kawasan di Pulau Sumbawa. Sehingga ke depannya dapat memenuhi kebutuhan cabai nasional dalam skala lebih besar.
Baca Juga: HUT Ke-51, DPC PDIP se-Pulau Sumbawa Kian Kompak Jelang Pemilu 2024
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: lombokpost.jawapos.com
Artikel Terkait
Kredit Perumahan Mandek, Menteri Keuangan Khawatirkan Daya Beli Masyarakat
Bursa Asia Anjlok: Penyebab, Dampak ke Indonesia, dan Prediksi ke Depan
Analisis IHSG Hari Ini: Proyeksi 8.150-8.350 Dipicu Data Ekonomi Q3 2025 & Rebalancing MSCI
Semangat Cokroaminoto & Program Koperasi Desa Merah Putih: Strategi Menkop Ferry Bangun Ekonomi Umat