Saiful menilai, kritik DAS bukan bagian dari kontribusi membangun, melainkan lebih mirip manuver untuk menggiring opini.
“Jangan-jangan sekarang gaduh lagi demi panggung baru dan kembali dilibatkan dalam proyek bernilai besar,” pungkas Saiful.
Profesor Dwi Andreas Santosa Dinilai Kerap Bikin Gaduh dan Lontarkan Kritik Bermotif Pribadi
Guru Besar di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB),Prof. Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa, MS, menjadi sorotan karena dinilai kerap melontarkan kritik yang tendensius dan memicu kegaduhan di sektor pertanian.
Kritik-kritik yang disampaikan Dwi Andreas Santosa yang punya keahlian di bidang genetika molekuler dan ilmu tanah terhadap kebijakan pemerintah dianggap tidak lagi murni sebagai kontribusi akademik, melainkan sebagai manuver bermuatan kepentingan pribadi.
Koordinator Aliansi Masyarakat Penyelamat Pertanian Indonesia (AMPPI), Debi Syahputra, tak ragu menyebut Dwi Andreas sebagai “provokator akademik” yang kerap menjadikan panggung publik sebagai alat tekanan demi kepentingan proyek.
Kritik-kritiknya dinilai tak lebih dari suara sumbang yang muncul saat akses terhadap proyek bernilai miliaran rupiah mulai tertutup.
“Kalau tidak lagi kebagian proyek, langsung ribut. Begitu dapat proyek, langsung senyap. Ini pola usang yang publik sudah bisa baca,” kata Debi seperti dikutip dari beberapa laman media online diantaranya TVonenews.com, Senin, 6 Januari 2025.
Menurut Debi, pada tahun 2022 Andreas pernah menerima proyek pemetaan komoditas hortikultura senilai lebih dari Rp5 miliar dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan.
Namun, begitu proyek itu berjalan, suara kritisnya menghilang dari publik.
Tahun berikutnya, ia kembali teken kontrak proyek swakelola lahan pertanian produktif. Kritik baru kembali terdengar ketika aliran proyek terhenti.
"Ini bukan kritik ilmiah. Ini permainan. Kritik jadi alat tawar-menawar," tegas Debi.
Tak hanya itu, Debi juga mengingatkan proyek gagal pada 2017, saat organisasi yang dipimpin Andreas—AB2TI—menjalin kerja sama dengan Balai Besar Padi Kementan.
Proyek itu dihentikan karena AB2TI dinilai tidak memahami standar pelepasan varietas padi. Hasil evaluasi menyebut: tidak layak dilanjutkan.
“Kalau rekam jejaknya seperti ini, lalu sekarang mendadak vokal soal swasembada pangan, motifnya jelas patut dicurigai,” lanjutnya.
Debi menegaskan, kritik yang dilontarkan Andreas bukan sekadar tidak membangun, tapi berbahaya.
Ia menuding Andreas berusaha menggiring opini publik untuk melemahkan program swasembada pangan yang tengah diperjuangkan keras oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman atas instruksi langsung Presiden Prabowo Subianto.
“Ini bukan ajang cari proyek. Ini soal ketahanan pangan bangsa. Kalau tidak bisa bantu, minimal jangan ganggu,” katanya.
Lebih jauh, AMPPI mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menyelidiki semua proyek yang pernah melibatkan Andreas dan AB2TI.
Jika ditemukan penyimpangan, Debi menilai hukum harus ditegakkan.
“Jangan sampai proyek-proyek siluman jadi penyebab gaduhnya ruang publik. KPK harus turun tangan,” tegasnya.
Debi juga menyentil motif pribadi di balik kritik-kritik Andreas yang kerap bersifat provokatif dan melemahkan kebijakan negara.
Ia mengingatkan, swasembada pangan adalah amanat besar Presiden untuk mengurangi ketergantungan impor dan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Kritik yang jujur lahir dari nurani. Tapi kalau yang lahir dari sisa proyek yang tak lagi mengalir—itu namanya kecewa pribadi, bukan suara rakyat,” tutup Debi.
Sumber: Sawitku
Artikel Terkait
ICW Sindir KPK Masuk Angin soal Bobby Nasution: Menantu Jokowi Belum Diperiksa Kasus Suap Proyek Jalan Rp165,8 M
Roy Suryo Tolak Mediasi Kasus Ijazah Jokowi: Tidak Ada Perdamaian dengan Kepalsuan
KPK Kembalikan Rp883 Miliar ke PT Taspen, Hasil Rampasan Kasus Korupsi Investasi Fiktif
Dewas KPK Akan Musyawarah Pemanggilan Bobby Nasution, Ini 3 Tuntutan KAMI