Masuk ke tahun 2021, Gojek resmi merger dengan Tokopedia, membentuk entitas baru bernama PT GOTO .
Dalam struktur merger ini, Gojek mendapat jatah 58%, sedangkan Tokopedia 42%.
Maka, secara matematis, kepemilikan Nadiem otomatis terdilusi = 20,5% × 58% = 11,89% kepemilikan di GOTO.
Setelah merger, GOTO melangkah ke bursa dengan IPO pada April 2022. GoTo menerbitkan 46,7 miliar saham baru, sekitar 4,35% dari total saham pasca-IPO.
Ini membuat semua pemegang saham lama mengalami dilusi. Kepemilikan Nadiem, jika tidak berubah, turun jadi = 11,89% × 95,65% = 11,37%.
Di Oktober 2023, GOTO kembali menerbitkan 17,04 miliar saham dalam aksi private placement, menyumbang dilusi sekitar 1,4% lagi.
Maka sisa kepemilikan Nadiem kembali terkikis menjadi: 11,37% × 98,6% = 11,21%.
Jika memang Nadiem belum menjual sahamnya, kenapa namanya tidak muncul dalam daftar pemegang saham besar GOTO? Di laporan tahunan dan keterbukaan publik hingga Mei 2025, tidak ada nama Nadiem Makarim, baik secara langsung, maupun lewat entitas perusahaan.
Catatan yang muncul justru SVF GT Subco (SoftBank) – 7,65%; Taobao China Holding (Alibaba) – 7,43%; GoTo Peopleverse Fund – 6,06%; PT Saham Anak Bangsa (entitas milik Andre Soelistyo, Kevin Aluwi, William Tanuwijaya) – 2,26%; William Tanuwijaya – 1,06%
Lalu, Andre Soelistyo – 0,57%; Melissa Siska Juminto – 0,34%; Kevin Aluwi – 0,27%; dan Garibaldi Thohir – 0,09%
Kalau Nadiem masih memegang 11,21% saham GOTO, maka ia akan menjadi pemegang saham terbesar GOTO.
Tapi nyatanya, tidak ada jejaknya di daftar itu. Maka ada dua skenario logis:
Dugaan Nadiem sudah menjual semua sahamnya, kemungkinan besar sebelum IPO, saat valuasi GOTO masih tinggi.
Nadiem masih memegang sahamnya, tapi lewat proxy atau nominee, yang menyembunyikan kepemilikan langsungnya dari radar publik.
Jika diambil skenario pertama, mari hitung potensi uang yang ia hasilkan.
Dengan asumsi total saham GOTO saat ini adalah sekitar 1,19 triliun lembar, maka 11,21% = 133,4 miliar lembar saham.
Jika Nadiem menjual di harga IPO Rp338, maka uang tunai yang ia dapatkan: Rp338 × 133,4 miliar = Rp45 triliun.
Kalau dia jual di harga Rp200: Rp26,6 triliun dan kalau dia jual setelah harga drop ke Rp100: Rp13,3 triliun
Tapi kalau dia masih menyimpan saham itu dan belum menjual satu lembar pun, maka dengan harga saham GOTO sekarang di Rp64 per lembar, total nilai sahamnya saat ini adalah = Rp64 × 133,4 miliar = Rp8,54 triliun
Dengan kata lain, apapun skenarionya, baik sudah exit atau masih hold, Nadiem punya potensi kekayaan besar dari saham GOTO.
Bahkan jika dia cuma memegang separuhnya, nilainya masih berkisar Rp4 triliun lebih.
Tapi publik tidak tahu, karena tidak ada pernyataan resmi dari Nadiem, tidak ada catatan penjualan, dan tidak ada penampakan di daftar pemegang saham mayoritas.
Dan di tengah kasus dugaan korupsi laptop chromebook yang kini sedang bergulir di Kejagung, diamnya jejak saham Nadiem di GOTO justru jadi semakin misterius.
Sumber: MonitorIndonesia
Artikel Terkait
Kejagung Bikin Heboh: Daripada Buron, Malah Memohon ke Pengacara Silvester, Ada Apa?
Hotman Paris Dibantah! JPU Tegaskan Ada Kerugian Negara dalam Kasus Korupsi Laptop Chromebook
Propam Usut Dugaan Perselingkuhan Anggota Brimob Polda Jabar, Ini Fakta-Faktanya!
KPK Selidiki Dapur Haji, Tak Hanya Kuota yang Diperiksa!