Dikatakan bahwa NED telah mendanai media Indonesia sejak tahun 1990-an.
"Ini terkait dengan fokus Indo-Pasifik baru-baru ini di tengah ketegangan seperti konflik Kamboja-Thailand, yang mengisyaratkan motif geopolitik," muat Sputnik menyinggung komentar Giuliano lagi.
Sputnik kemudian juga mengaitkan dengan Jeff J. Brown, penulis The China Trilogy dan pendiri Seek Truth From Facts Foundation.
Disinggung bagaimana kejadian di Indonesia mirip hal yang terjadi di Serbia.
"Ini adalah strategi yang sama persis yang terjadi di Serbia. G7 menginginkan diktator lain yang didukung AS, seperti Suharto di masa lalu," ujar Brown dimuat Sputnik.
Presiden Prabowo, tambah laman itu, tidak sesuai dengan agenda G7.
Apalagi, karena ia sedang memperkuat hubungan dengan China, Rusia, SCO, dan BRICS.
"Indonesia adalah negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dengan BRICS dan telah secara terbuka bekerja sama dengan China dalam Belt and Road Initiative," katanya.
"Dari sudut pandang imperialisme Barat, semua ini menjadi sasaran empuk bagi Indonesia, target yang sangat layak untuk diserang dengan revolusi warna yang direkayasa Barat," muat laman itu lagi masih mengutip Brown seraya mengatakan bahwa RI adalah ekonomi terbesar kedelapan di dunia dalam hal PDB, ekonomi terbesar di ASEAN, dan negara terpadat keempat, dengan hampir 300 juta penduduk.
Sayangnya tidak ada konfirmasi baik dari Soros ataupun pemerintah Indonesia.
Artikel itu sendiri memuat judul "Soros, NED Could Be Behind Indonesian Protests".
Sumber: CNBC
Artikel Terkait
Foto Rahasia Epstein Dibuka: Daftar Lengkap Tokoh Dunia yang Terseret Skandal
Kim Jong-un Eksekusi 30 Pejabat: Fakta Banjir Mematikan & Hukuman di Korea Utara
AS Tiru Drone Shahed-136 Iran? Analisis Klaim Superioritas Teknologi & Kemandirian Rudal
Gou Zhongwen Divonis Mati: Kronologi Korupsi Rp556 Miliar Eks Menteri Olahraga China