Awalnya senang, orang Jepang satu ini jadi tak suka Indonesia karena satu hal ini

- Minggu, 18 Mei 2025 | 09:55 WIB
Awalnya senang, orang Jepang satu ini jadi tak suka Indonesia karena satu hal ini


PARADAPOS.COM
- Salah satu youtuber asal Jepang membagikan kisah temannya yang kini tak lagi suka saat tinggal di Indonesia.

Perubahan suasana yang terjadi secara berangsur memang seringkali membuat seseorang kehilangan minat, sebagaimana pengalaman orang Jepang satu ini.

Hiroaki Kato merupakan seorang talent agensi dan juga Youtuber yang juga melewati fase-fase tersebut.

Dirinya menyebutkan bahwa terdapat satu temannya yang curhat mengenai pengalamannya kehilangan kenyamanan saat tinggal di Indonesia.

Padahal, banyak dari mereka sangat bersemangat saat berpindah dari Jepang ke Indonesia untuk tinggal sebagai mahasiswa atau pekerja.

Di awal video, Hiro mengawali ceritanya dengan membagikan pengalaman kawannya yang lain, di mana ia merupakan WNI.

Dirinya mengatakan bahwa sosok kawannya itu sangat mencintai Jepang hingga dirinya pun berkesempatan tinggal di negara asalnya itu.

“Aku bilang ke dia ‘semoga setelah kamu mulai bekerja di Jepang, tetap suka Jepang seperti sekarang ya,’ karena aku sendiri, tau perasaan itu,” ungkapnya, dikutip Hops.ID dari kanal Youtube HIROAKI KATO Official Youtube Channel pada 18 Mei 2025.

“Waktu itu dia gak terlalu paham, maksud aku, tapi setelah dia tinggal di Jepang selama tiga sampai lima tahun, dia baru kerasa kayanya,” sambung Hiro.

Ia mengatakan bahwa setiap orang yang memiliki negara Impian dan menaruh ekspektasi tinggi di sana.

Hal tersebutlah yang dialami teman sesama orang Jepang Hiroaki, di mana semangat menggebu terlihat di awal kepindahan.

“Temanku ini, juga merasakan hal yang sama di Indonesia, gara-gara dia itu kan suka banget Indonesia dan suka banget orang Indonesia, tapi, sekarang dia bekerja di sini sebagai orang Jepang, sebagai atasan untuk teman-teman orang Indonesia,” jelasnya.

“Jadi, harus perintah atau harus nyuruh bawahan-bawahan dia, untuk mengikuti aturan, atau dia harus push atau dia kadang-kadang harus marahin teman-teman Indonesia karena belum bisa mencapai targetnya atau segala macem,” sambung Youtuber.

Hal tersebutlah yang menimbulkan rasa dilema karena ia tak mau menyakiti orang Indonesia, namun berbenturan dengan tanggungjawab.

“Jadi, dia merasa enggak secinta dulu, terhadap Indonesia, gitu,” katanya.****

Sumber: hops

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

JOKO Widodo alias Jokowi sudah lengser. Tak lagi punya kekuasaan. Presiden bukan, ketua partai juga bukan. Di PDIP, Jokowi pun dipecat. Jokowi dipecat bersama anak dan menantunya, yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Bobbby Nasution. Satu paket. Anak bungsu Jokowi punya partai, tapi partainya kecil. Yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai gurem ini tidak punya anggota di DPR RI. Di Pemilu 2024, partai yang dipimpin Kaesang ini memperoleh suara kurang dari empat persen. Pada posisi seperti ini, apakah Jokowi lemah? Jangan buru-buru menilai bahwa Jokowi lemah. Lalu anda yakin bisa penjarakan Jokowi? Sabar! Semua ada penjelasan ilmiahnya. Semua ada hitung-hitungan politiknya. Manusia satu ini unik. Lain dari yang lain. Langkah politiknya selalu misterius. Tak mudah ditebak. Publik selalu terkecoh dengan manuvernya. Anda tak pernah menyangka Gibran jadi walikota, lalu jadi wakil presiden sebelum tugasnya sebagai walikota selesai. Anda tak pernah menyangka Kaesang jadi ketum PSI. Prosesnya begitu cepat. Tak ada yang prediksi Airlangga Hartarto mundur mendadak dari ketum Golkar. Anda juga tak pernah menyangka suara PDIP dan Ganjar Pranowo dibuat seragam yaitu 16 persen di Pemilu 2024. Persis sesuai yang diinginkan Jokowi. Anda nggak pernah sangka UU KPK direvisi. UU Minerba diubah. Desentralisasi izin tambang diganti jadi sentralisasi lagi. Omnibus Law lahir. IKN dibangun. PIK 2 jadi PSN. Bahkan rektor universitas dipilih oleh menteri. Ini out of the box. Nggak pernah ada di pikiran rakyat. Tapi, semua dengan begitu mudah dibuat. Mungkin anda nggak pernah berpikir mobil Esemka itu bodong. Anda juga nggak pernah menyangka ketua FPI dikejar dan akan dieksekusi oleh aparat di jalanan. Juga nggak pernah terlintas di pikiran ada Panglima TNI dicopot di tengah jalan. Ini semua adalah langkah out of the box. Tak pernah terlintas di kepala anda. Di kepala siapa pun. Ketika anda berpikir Jokowi melemah pasca lengser, ternyata orang-orang Jokowi masuk kabinet. Jumlahnya masih cukup banyak dan signifikan. Ketua KPK, Jaksa Agung dan Kapolri sekarang adalah orang-orang yang dipilih di era Jokowi. Ketika anda tulis Adili Jokowi di berbagai tempat, Kaesang, anak Jokowi justru pakai kaos putih bertuliskan Adili Jokowi. Pernahkah Anda menyangka ini akan terjadi? Teriakan Adili Jokowi kalah kuat gaungnya dengan teriakan Hidup Jokowi. Ini tanda apa? Jelas: Jokowi masih kuat dan masih punya kesaktian. Semoga pemimpin zalim seperti Jokowi Allah hancurkan. inilah doa sejumlah ustaz yang seringkali kita dengar. Apakah Jokowi hancur? Tidak! Setidaknya hingga saat ini. Esok? Nggak ada yang tahu. Dan kita bukan juru ramal yang pandai menebak masa depan nasib orang. Kalau cuma 1.000 sampai 2.000 massa yang turun ke jalan untuk adili Jokowi, nggak ngaruh. Ngaruh secara moral, tapi gak ngaruh secara politik. Beda kalau satu-dua juta mahasiswa duduki KPK, itu baru berimbang. Emang, selain 1998, pernah ada satu-dua juta mahasiswa turun ke jalan? Belum pernah! Massa mahasiswa, buruh dan aktivis saat ini belum menemukan isu bersama. Isu Adili Jokowi tidak terlalu kuat untuk mampu menghadirkan satu-dua juta massa. Kecuali ada isu lain yang menjadi triggernya. Contoh? Gibran ngebet jadi presiden dan bermanuver untuk menggantikan Prabowo di tengah jalan, misalnya. Ini bisa memantik kemarahan massa untuk terkonsentrasi kembali pada satu isu. Contoh lain: ditemukan bukti yang secara meyakinkan mengungkap kejahatan dan korupsi Jokowi, misalnya. Ini bisa jadi trigger isu. Ini baru out of the box vs out of the box. Tagar Adili Jokowi bisa leading. Kalau cuma omon-omon, ya cukup dihadapi oleh Kaesang yang pakai kaos Adili Jokowi. Demo Adili Jokowi lawannya cukup Kaesang saja. Jokowi terlalu tinggi untuk ikut turun dan menghadapinya. Sampai detik ini, Jokowi masih terlalu perkasa untuk dihadapi oleh 1.000-2.000 massa yang menuntutnya diadili. rmol.id *Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Terkini