"Awalnya air, kemudian kayu-kayu sebesar ini. Barang-barang kita langsung keluar," kenang Sri sambil menunjukkan ukuran kayu yang nyaris menimbunnya. Mereka hanya bisa berjalan perlahan sambil memanjatkan doa agar diberi keselamatan.
Dampak Kerusakan dan Harapan Korban Banjir Bandang Tapteng
Akibat bencana itu, tak ada harta benda yang tersisa di rumah Sri. Barang elektronik, pakaian, hingga persediaan beras hanyut terbawa arus deras. Sri dan anaknya hanya menyelamatkan pakaian yang melekat di badan. Saat ini, mereka terpaksa menumpang hidup di rumah saudara.
"Saya numpang di rumah saudara di atas. Beras dikasih keluarga," ujar Sri. Sudah lebih dari sepuluh hari pasca-bencana, warga masih berjibaku membersihkan lumpur yang mengeras dan tumpukan kayu gelondongan yang memblokir jalan dan halaman.
Sri mewakili korban lainnya berharap pemerintah segera menurunkan bantuan, baik kebutuhan pokok maupun alat berat untuk pembersihan. "Mudah-mudahan cepat ditangani, biar kita tenang. Saya orang tua. Bagaimana umur, memikirkan saja sudah sakit-sakit," harapnya dengan lirih.
Banjir bandang dengan material kayu gelondongan ini menjadi pengingat akan kerentanan daerah aliran sungai terhadap bencana, terutama di musim penghujan, dan pentingnya sistem peringatan dini serta penanganan pascabencana yang cepat.
Artikel Terkait
Kemenpora: Bantuan Alat Olahraga untuk Korban Banjir Aceh, Sumut, Sumbar Disalurkan Saat Pemulihan
Update Banjir Bandang Sumatera 2025: 883 Meninggal, 520 Hilang, Ribuan Rumah Rusak
Satgas Gagalkan Penyelundupan Nikel oleh Pekerja China di Bandara IWIP Halmahera
Video Lawas Verrell Bramasta di Bantar Gebang Viral: Ungkap Kebiasaan Hidup Bersih Sejak Kecil