Banjir yang mencapai ketinggian atap rumah menyebabkan banyak bangunan hancur terbawa arus. Di tengah keterbatasan yang ekstrem, Wahyu dan beberapa pria dewasa lainnya nekat berenang melawan arus banjir untuk mencari makanan.
"Kami cari makanan, apa pun itu, kelapa, kami berenang biar gak hanyut," ujarnya. Hasil pencarian yang sangat minim itu kemudian dibagi secara adil. "Ada nasi beras dikit, kami masak pakai api, sesendok-sendok satu orang, itu pun diprioritaskan untuk anak-anak. Kami (orang dewasa) gak usah (makan)," lanjut Wahyu dengan suara bergetar.
Bertahan Hidup dengan Buah-buahan dan Sisa Logistik
Selama lima hari penuh terjebak di lantai dua, mereka bertahan dengan apa pun yang bisa ditemukan. Logistik yang ada nyaris habis. Hingga akhirnya di hari keenam, air banjir mulai surut.
"Selama itu, ya, gak ada logistik, ada pun sisa-sisa apa yang dikasih. Kami bertahan dengan makan apa pun, buah kates, pisang," ungkap Wahyu menutup kisah perjuangan mereka yang mengharukan.
Kejadian ini menyoroti betapa parahnya dampak banjir yang melanda Aceh Tamiang dan mendesak perlunya bantuan logistik serta penanganan pascabencana yang lebih cepat dan merata.
Artikel Terkait
Bupati Aceh Selatan Umrah Tanpa Izin, Tito Karnavian Telepon Langsung: Kronologi Lengkap
Banjir Jakarta Timur: 15 RT Terendam, Ketinggian Air Capai 80 Cm - Penyebab & Daftar Lokasi
Banjir Bandang Sumatera: Penyebab, Dampak, dan Tuntutan Hukum bagi Perusahaan Perusak Lingkungan
Raffi Ahmad & Nagita Slavina Donasi Rp15 Miliar untuk Korban Banjir Sumatera: Detail & Penyaluran