Warisan Yang Membusuk: 'Dari Penjajahan Belanda Hingga Kepemimpinan Jokowi'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
“Belanda menjajah kita selama 350 tahun,” begitu narasi yang telah menjadi semacam mantra dalam buku-buku sejarah, pidato kenegaraan, bahkan dalam obrolan warung kopi. Sebuah fakta pahit yang kita warisi sebagai bangsa.
amun, ironisnya, dari penjajahan yang disebut kejam dan penuh penghisapan itu, tersisa jejak-jejak sistem yang masih bisa kita warisi: sistem hukum yang terlembaga, sistem pendidikan yang berstruktur, sistem kesehatan yang terorganisir, hingga sistem transportasi dan tata kelola pertanian yang terencana.
Kita memang pernah dijajah, tapi kita juga pernah mewarisi—sebuah kontradiksi yang mengandung pelajaran besar tentang makna pembangunan dan peradaban.
Namun kini, setelah dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), kita tidak sedang mewarisi jejak peradaban baru.
Kita justru sedang menyaksikan keruntuhan demi keruntuhan, dari infrastruktur nilai hingga fondasi institusi.
Bila Belanda mewariskan sistem, Jokowi justru mewariskan kebingungan.
Bila penjajahan melahirkan institusi, Jokowi justru membiarkan institusi menjadi alat kekuasaan yang kian tumpul dan tak berfungsi.
Mari kita mulai dari sektor hukum. Hukum di era Jokowi tidak lagi menjadi fondasi keadilan, tetapi instrumen kekuasaan.
Pengadilan seperti panggung drama, dan aparat penegak hukum lebih sibuk mengabdi pada kekuasaan ketimbang pada konstitusi.
Tidak ada kepastian hukum, yang ada justru ketakutan rakyat terhadap penafsiran hukum yang bisa berubah tergantung kepentingan penguasa. Tidak ada warisan dalam hal ini, hanya luka dan trauma hukum yang mendalam.
Pendidikan pun tidak lebih baik. Alih-alih membangun sistem yang menumbuhkan daya kritis, sistem pendidikan kita kini hanya mencetak angka-angka dan prestasi semu.
Menteri silih berganti, kurikulum berubah seenaknya, dan guru dibiarkan berjuang sendirian di tengah sistem yang tumpul dan birokratis.
Di masa Belanda, meski pendidikan terbatas bagi bumiputra, namun sekolah-sekolah warisan mereka seperti STOVIA, HBS, hingga Sekolah Teknik dan Pertanian, meninggalkan jejak intelektual yang membentuk generasi kebangkitan nasional.
Apa yang kita dapat dari era Jokowi? TikTok masuk kurikulum, dan kampus dijerat agar diam.
Sektor kesehatan tidak jauh berbeda. RS Cipto Mangunkusumo dulu dibangun Belanda sebagai RS pendidikan terbesar di Asia Tenggara.
Kini, RS pendidikan kita tertatih, dan fasilitas kesehatan di pelosok hanya menjadi saksi bisu dari janji-janji kosong pembangunan.
Artikel Terkait
Utang Jokowi Tembus Rp 9.138 Triliun, Purbaya Buka Kotak Pandora Ekonomi
Onadio Leonardo Ditangkap Polisi: Kronologi, Barang Bukti, dan Pemasok Narkoba
Modus Baru Pencurian Motor di Sekolah: Pura-pura Tanya Guru di SDN Lebak
Gus Ipul Gelar Doa Bersama Pemulung Bantargebang, Ajak Kenang Pahlawan Bangsa & Keluarga