Ketika Ijazah Jadi Misteri Negara: Ada Skenario dan Intelijen!
Oleh: Agus M Maksum
Sebuah kisah nyata tentang ijazah yang seharusnya sederhana, tapi berubah menjadi misteri negara.
Drama hukum, skenario intelijen, dan investigasi rakyat berpadu dalam logika detektif.
Dari Roy Suryo hingga Beathor Suryadi, potongan fakta dirangkai, mencari jawaban atas pertanyaan: siapa sebenarnya Joko Widodo?
Ijazah. Selembar kertas dengan tanda tangan kepala sekolah dan stempel.
Bagi kebanyakan orang, itu cuma kenangan di laci. Tapi bagi negara, ia bisa menentukan segalanya—bahkan siapa yang boleh jadi presiden.
Kasus ijazah Joko Widodo mestinya sederhana. Ada yang meragukan? Tunjukkan aslinya. Selesai. Tapi kenyataannya, kisah ini berubah jadi drama negara.
Gugatan hukum, konferensi pers, sidang demi sidang, hingga postingan media sosial tak henti-hentinya mengalir.
Seolah selembar kertas itu mendadak menjelma menjadi rahasia negara. Logika biasa tak cukup untuk menjelaskan.
Mengapa lembaga negara gagap? Mengapa sekolah, universitas, kepolisian, bahkan pengadilan tampak ikut terseret dalam pusaran?
Dan orang mulai mencari cara lain untuk memahami: logika detektif.
Di sinilah muncul “tim detektif rakyat”—bukan tokoh fiksi, tapi orang-orang nyata yang mengisi headline dan podcast.
Ada Roy Suryo, mantan menteri yang kini jadi “forensik digital” membedah font, tanda tangan, dan nomor seri ijazah.
Ada Rismon Sianipar, penyelidik sipil yang menelusuri arsip dan data sekolah, memeriksa ulang daftar nama siswa.
Ada Beathor Suryadi, yang jadi narator, merangkai fakta dan kejanggalan dalam cerita-cerita panjang di media alternatif.
Ada Prof. Eggi Sudjana dan Ahmad Khozinudin, para pengacara yang membawa potongan bukti ke meja hijau.
Ada Dr. Tifa dan Abdullah Alkatiri, yang bergerak di lapangan, menghubungi saksi, mencari dokumen, dan mengumpulkan serpihan cerita.
Mereka menemukan sesuatu yang menggelitik pikiran: Ada skenario, ada operasi senyap, ada tangan-tangan intelijen!
Bukan hanya intelijen asing, tapi pola kerja intelijen yang menguasai dari dalam—membuat lembaga negara seperti panggung besar, di mana adegan-adegan telah diatur oleh aktor-aktor di balik layar.
Dari sinilah muncul istilah setengah serius, setengah getir: Gerakan Detektif Rakyat!
Ada yang jadi forensik digital, ada yang jadi pengacara, ada yang jadi jurnalis, ada pula yang jadi narator di ruang-ruang podcast.
Semua berbagi peran dengan satu tujuan: membongkar simpul kebohongan satu per satu.
Apakah misteri ini akan berakhir? Tak ada yang tahu.
Tapi satu hal sudah pasti: di negeri ini, bahkan selembar ijazah bisa berubah menjadi misteri negara.
Dan satu-satunya cara memahami dramanya—adalah dengan logika detektif. ***
Eks Intelijen Sri Radjasa Yakin Ijazah Jokowi Palsu: Dibuat Tahun 2012 atau 2014!
PARADAPOS.COM - Kolonel Inf. (Purn.) Sri Radjasa Chandra, seorang mantan intelijen negara, buka suara mengenai dugaan ijazah palsu mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Dia menceritakan Pasar Pramuka di Jakarta Timur yang disebut-sebut sebagai tempat pembuatan ijazah Jokowi.
Adapun dugaan adanya kaitan antara ijazah Jokowi dan Pasar Pramuka itu awalnya diungkap oleh Beathor Suryadi, seorang politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Sri Radjasa mengklaim Pasar Pramuka memang menjadi lokasi pembuatan banyak dokumen palsu, termasuk ijazah.
Artikel Terkait
Irjen Pol Djuhandhani Rahardjo, Rekan Seangkatan Kapolri, Resmi Pimpin Polda Sulsel
Rocky Gerung Bongkar Alasan Jokowi Akhirnya Buka Suara Soal Whoosh: Ada yang Ditutupi?
Irjen Pol Helfi Assegaf Resmi Kapolda Lampung: Profil, Prestasi, dan Rekam Jejak
Projo Dukung KPK Usut Korupsi Proyek Kereta Cepat Whoosh: Fakta & Dampaknya