Jokowi pun begitu: alih-alih menjawab gamblang, ia justru bersembunyi di balik kekuasaan.
Yudas Iskariot menjual gurunya demi 30 keping perak. Jokowi menjual kredibilitas bangsanya hanya karena selembar kertas.
Duryodana dalam Mahabharata serakah pada tahta, rela mengorbankan dharma. Jokowi serakah akan jabatan, tapi rapuh di dokumen sekolah.
Devadatta iri pada Buddha, menjebak dengan gajah liar. Jokowi takut pada rakyat, tapi terjebak oleh ijazah sendiri.
Ironinya, republik ini pernah melahirkan Soekarno dengan pidato yang mengguncang dunia, Hatta dengan buku ekonomi yang dijadikan referensi, Sjahrir dengan analisis politik kelas dunia.
Jokowi? Melahirkan kontroversi ijazah yang jadi bahan ketawa-ketiwi satu negara.
Sejarah itu lucu. Nama Abu Lahab abadi, bukan karena jasa, tapi karena laknat.
Nama Jokowi bisa jadi abadi, bukan karena prestasi, tapi karena selembar ijazah yang tak pernah bisa dijawab tuntas.
Dan ketika sejarah menulisnya, ia tak pakai tinta emas. Ia pakai jelaga—bau gosongnya sampai ke hidung cucu-cucu Jokowi nanti. ***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Bripda G Polda Sumut Penganiaya Pengendara Motor Didiagnosis Skizofrenia, Ini Faktanya
BGN Tak Hentikan 41 Dapur MBG Milik Putri Wagub DPRD Sulsel, Ini Kata Pejabat
Gibran Dapat Tugas Khusus Prabowo di KTT G20 2025: Ini Misi Diplomatiknya
Fakta Mengejutkan Hubungan Terlarang AKBP B dengan Dosen Untag Semarang, Satu KK Sejak 2020