Dian Hunafa menjadi sorotan publik usai dirinya muncul membela Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di tengah keabsahan ijazah yang ramai diperbincangkan.
Content creator TikTok ini tiba-tiba ikut buka suara dengan mengaku sebagai rekan satu almamater Gibran di Management Development Institute of Singapore (MDIS).
Ia pun merasa wajib meluruskan tuduhan miring yang menyebut ijazah Gibran palsu. Namun, pembelaan Dian bukannya meredam isu, justru menambah panas perdebatan.
Pemilik akun @fearlessbarb tersebut mengatakan bahwa tuduhan ijazah palsu bukan hanya menyerang Gibran, tetapi juga menghina para alumni MDIS.
"Nah, aku sakit hati juga dong. Dibilang ijazah dia palsu, sedangkan aku juga punya ijazah yang sama," ucap Dian.
Namun, pembelaan Dian bukannya meredam isu, justru memantik perdebatan baru. Angga Sugih Pragina, seorang entrepreneur sekaligus penulis, dengan tegas menyebut bahwa argumen Dian keliru.
"Pembelaan Dian Hunafa itu yang salah. Itu yang bohong. Sehingga Gibran tidak bisa kuliah (di MDIS)," ujarnya dalam kanal YouTube miliknya.
Menurut Angga, pembelaan Dian Hunafa sama sekali tidak menyentuh substansi masalah yang kini bergulir di pengadilan, malahan mengaburkan fokus perdebatan dari ijazah SMA Gibran yang disoal.
Lantas, seperti apa profil dan pendidikan Dian Hunafa yang saat ini sedang menjadi perbincangan netizen? Berikut ulasan lengkapnya.
Profil Dian Hunafa
Nama Dian Hunafa awalnya lebih dikenal sebagai beauty content creator. Ia aktif di TikTok membagikan tips kecantikan, sebelum akhirnya terseret ke dalam perdebatan karena kasus ijazah Gibran.
Dalam beberapa unggahan videonya, Dian mengaku sebagai alumni MDIS Singapura. Ia menjelaskan bahwa MDIS adalah lembaga pendidikan swasta yang tidak bisa mengeluarkan gelar S1 sendiri.
Sebagai gantinya, MDIS bekerja sama dengan berbagai universitas di luar negeri. Salah satu mitra utamanya adalah University of Bradford di Inggris, universitas tempat Gibran akhirnya menerima gelar sarjana.
Dian juga menjawab keraguan publik soal gelar Bachelor of Science (BSc) yang diperoleh Gibran dalam jurusan marketing. Menurutnya, hal itu sangat wajar di sistem pendidikan internasional.
Program marketing, jelas Dian, bisa terbagi dua. Jika fokus pada strategi dan komunikasi, maka gelarnya adalah BA (Bachelor of Arts).
Namun, jika lebih menekankan aspek ekonomi, data, dan statistik, maka gelarnya adalah BSc (Bachelor of Science).
Selain itu, Dian menegaskan betapa ketatnya aturan pendidikan di Singapura.
Ia mencontohkan soal student pass (visa pelajar) yang bisa langsung dicabut jika seorang mahasiswa absen lebih dari 10%.
Meski berusaha memberikan penjelasan, argumen Dian Hunafa ternyata mendapat bantahan keras, khususnya dari Angga Sugih Pragina.
Angga menegaskan bahwa untuk bisa kuliah di Singapura tidak cukup hanya lulus secondary school (setara kelas 10 di Indonesia), sebagaimana klaim Dian.
Menurutnya, syarat minimal adalah menyelesaikan A Level (setara kelas 12 di Indonesia). Oleh karena itu, ia menyimpulkan bahwa pembelaan Dian tidak sesuai fakta.
Lebih jauh, Angga juga menyinggung soal kejanggalan dalam riwayat pendidikan Gibran, terutama di jenjang SMA.
Hal inilah yang kemudian menjadi dasar gugatan hukum yang diajukan oleh advokat Subhan Palal di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Baca Juga: Dian Hunafa Ketahuan Bohong? Pembelaan Ijazah Gibran Disebut Sesat, Gugatan Rp125 T Terus Bergulir!
Subhan menuding ada ketidakberesan dalam ijazah yang digunakan Gibran untuk mendaftar ke perguruan tinggi, bahkan menggugat Gibran dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan nilai mencapai Rp125 triliun.
KPU sendiri telah membantah tuduhan manipulasi data pendidikan Gibran, namun kontroversi ini terus bergulir.
Kasus ini membuat nama Dian Hunafa ikut jadi sorotan. Dari seorang beauty creator, ia berubah jadi sosok kontroversial setelah tampil membela Gibran.
Sumber: suara
Foto: Dian Hunafa (Instagram/fearlessbarb)
Artikel Terkait
Geledah Rumah Gubernur Kalbar Ria Norsan, KPK Temukan Bukti Dugaan Korupsi Peningkatan Jalan Mempawah
Jokowi Kaget Dikunjungi Abu Bakar Ba’asyir, Diberi Nasihat Mengabdi pada Islam
Jokowi Harusnya Pikirkan Rakyat Bukan Sibuk Urus Gibran Menuju 2029
Biro Pers Istana Minta Maaf dan Kembalikan ID Pers Wartawan CNN