Setelah Saudi, Giliran Cina Gertak NATO: Jangan Bikin Kacau di Asia!

- Kamis, 11 Juli 2024 | 13:45 WIB
Setelah Saudi, Giliran Cina Gertak NATO: Jangan Bikin Kacau di Asia!


Pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri tersebut muncul sehari setelah NATO menyebut Cina sebagai “pendukung yang menentukan” perang Rusia melawan Ukraina. Pada Februari 2022, Rusia menyerang Ukraina dengan tudingan bahwa NATO hendak menguatkan kehadiran di negara tetangganya itu.


“NATO membesar-besarkan tanggung jawab Cina terhadap masalah Ukraina adalah hal yang tidak masuk akal dan memiliki motif jahat,” kata juru bicara Kemenlu Cina Lin Jian pada konferensi harian dilansir Associated Press, Kamis (11/7/2024). Dia menegaskan bahwa Cina memiliki sikap yang adil dan obyektif terhadap masalah Ukraina.


Cina telah memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa terkait perang di Ukraina, dan menolak mengutuk invasi Rusia atau bahkan menyebutnya sebagai tindakan agresi untuk menghormati Moskow. Perdagangannya dengan Rusia telah meningkat sejak invasi tersebut, setidaknya mengimbangi dampak sanksi Barat.


NATO, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada pertemuan puncak di Washington, mengatakan Cina telah menjadi penggerak perang melalui “kemitraan tanpa batas” dengan Rusia dan dukungan skala besarnya terhadap basis industri pertahanan Rusia.


Lin mengatakan perdagangan Cina dengan Rusia adalah sah dan masuk akal serta berdasarkan aturan Organisasi Perdagangan Dunia.


Dia mengatakan “apa yang disebut keamanan” oleh NATO mengorbankan keamanan negara lain. Cina mendukung anggapan Rusia bahwa ekspansi NATO merupakan ancaman bagi Rusia.


Cina telah menyatakan keprihatinannya mengenai hubungan NATO yang semakin berkembang dengan negara-negara di kawasan Indo-Pasifik. Australia, Selandia Baru, Jepang dan Korea Selatan mengirim para pemimpin atau wakilnya ke KTT NATO pekan ini.


“Cina  mendesak NATO untuk…berhenti mencampuri politik dalam negeri Cina dan mencoreng citra Cina serta tidak menciptakan kekacauan di Asia-Pasifik setelah menciptakan kekacauan di Eropa,” kata Lin.


Tentara Pembebasan Rakyat Cina  berada di Belarus pekan ini untuk latihan bersama di dekat perbatasan dengan Polandia, salah satu anggota NATO. Latihan tersebut adalah yang pertama dengan Belarus, sekutu Rusia, yang menganut sistem satu partai di bawah Presiden Alexander Lukashenko, yang  pro-Rusia. Lin menggambarkan pelatihan gabungan itu sebagai operasi militer normal yang tidak ditujukan pada negara tertentu.


Cina adalah pemain kunci dalam Organisasi Kerja Sama Shanghai, yang mencakup elemen militer kuat yang melibatkan Rusia dan beberapa negara Asia Tengah, India, dan, yang terbaru, Belarus.


Halaman:

Komentar