Tantangan Infrastruktur dan Edukasi Konsumen
Meski teknologi terus berkembang, Fransiscus Soerjopranoto menyoroti beberapa tantangan besar dalam mempercepat adopsi kendaraan listrik. "Limitasi infrastruktur pengisian daya menjadi kendala utama. Perubahan dari mengisi bensin ke mengisi listrik butuh adaptasi dan kesiapan ekosistem," jelasnya.
Hingga saat ini, Hyundai telah membangun lebih dari 250 charging station dan bekerja sama dengan lima operator mitra hingga total 880 titik pengisian, di luar 3.500 SPKLU yang tersebar di seluruh Indonesia. Edukasi konsumen juga menjadi faktor penting agar masyarakat memahami keunggulan kendaraan listrik.
Visi Masa Depan: Pengembangan Ekosistem Hidrogen
Langkah berani Hyundai tidak berhenti pada elektrifikasi saja. Perusahaan kini menatap masa depan energi hidrogen sebagai solusi mobilitas jangka panjang. Bersama Pertamina dan Pemerintah Jawa Barat, Hyundai mengembangkan proyek hydrogen ecosystem di TPA Sarimukti yang mengubah limbah menjadi sumber energi terbarukan.
Hyundai Motor Company juga telah memulai pembangunan pabrik produksi sel bahan bakar hidrogen terbarunya di Ulsan, Korea Selatan. Fasilitas ini ditargetkan rampung pada 2027 dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 30.000 unit sel bahan bakar hidrogen, dioperasikan di bawah merek HTWO (Hydrogen for Humanity).
Proyek ini memperkuat posisi Korea dan Hyundai Motor Group sebagai pionir global dalam transisi menuju energi bersih, sekaligus menunjukkan komitmen strategis dalam mendorong transisi menuju masyarakat berbasis hidrogen.
Artikel Terkait
Honda NWT150 Resmi Meluncur: Skutik Radar & Kamera, Harga Rp 35 Jutaan!
Jaecoo J5 EV vs BYD Atto 3 vs Geely EX5: Komparasi SUV Listrik Terlengkap 2025
7 Tips Aman Naik Motor Saat Hujan & Ancaman yang Harus Diwaspadai
Yadea Ova Resmi di Indonesia: Sepeda Listrik Retro, Baterai Tahan Hingga 60 Km