Oleh karena itu, dolar AS saat ini diperkirakan sudah oversold dan memicu bargain hunting, yang berpotensi melemahkan posisi kurs rupiah.
Dia menegaskan, beberapa data dari luar negeri di pekan ini bakal menjadi sorotan seperti data manufaktur dan service China.
Berdasarkan data manufaktur AS, risalah pertemuan FOMC, hingga data non farm payroll (NFP). Dari dalam negeri, investor akan memperhatikan data inflasi bulan Desember 2023 yang bakal dirilis Selasa (2/1).
Sementara, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan bahwa memasuki tahun 2024, ekonomi global yang melambat.
Berkurangnya tekanan inflasi, dan melemahnya pasar tenaga kerja akan membuka pintu bagi penurunan suku bunga bank sentral global.
Di mana, Federal Reserve (Fed) dan Bank Sentral Eropa ECB diperkirakan akan melakukan penurunan suku bunga.
Dari domestik, Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 14 Februari 2024 akan menjadi perhatian.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: realitasonline.id
Artikel Terkait
Kredit Perumahan Mandek, Menteri Keuangan Khawatirkan Daya Beli Masyarakat
Bursa Asia Anjlok: Penyebab, Dampak ke Indonesia, dan Prediksi ke Depan
Analisis IHSG Hari Ini: Proyeksi 8.150-8.350 Dipicu Data Ekonomi Q3 2025 & Rebalancing MSCI
Semangat Cokroaminoto & Program Koperasi Desa Merah Putih: Strategi Menkop Ferry Bangun Ekonomi Umat