Memang secara visual, antara durian organik dan unorganik tidak berbeda, sama-sama berbentuk durian, namun yang membedakan adalah rasanya. "Di sini masih jarang yang membudidayakan durian organik," katanya.
Ganjar sebelumnya tepatnya pada 2014 juga membudidayakan unorganik, kemudian perlahan mencampurkan dengan pemupukan organik, hingga akhirnya kini telah beralih secara penuh ke pertanian organik.
"Keunggulannya selain buah durian memiliki cita rasa khas, dari segi biaya perawatan lebih murah dan pohonnya lebih sehat," katanya.
Apalagi, ia kini mampu memproduksi pupuk cair maupun padat sendiri untuk budidaya durian. Ia menyebutkan, sewaktu masih menggunakan pertanian unorganik, biaya operasional dari bibit hingga pohon usia produktif sebesar Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta.
Baca Juga: Ribuan Warga Demak Berselawat Bersama Habib Zaidan
Namun, ketika beralih menggunakan pupuk organik, biaya operasional dapat ditekan. Satu pohon kini hanya mencapai Rp 200 ribu.
"Tapi peralihan budidaya dari unorganik ke organik harus sabar dan sedikit repot, terutama ketika pupuknya memproduksi sendiri. Butuh kecermatan dan pengalaman agar hasilnya maksimal," katanya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: banyumas.suaramerdeka.com
Artikel Terkait
Kredit Perumahan Mandek, Menteri Keuangan Khawatirkan Daya Beli Masyarakat
Bursa Asia Anjlok: Penyebab, Dampak ke Indonesia, dan Prediksi ke Depan
Analisis IHSG Hari Ini: Proyeksi 8.150-8.350 Dipicu Data Ekonomi Q3 2025 & Rebalancing MSCI
Semangat Cokroaminoto & Program Koperasi Desa Merah Putih: Strategi Menkop Ferry Bangun Ekonomi Umat