Kereta Cepat Arab Saudi sepanjang 1.500 km direncanakan menghubungkan Jeddah ke Dammam via Riyadh dengan investasi USD 7 miliar (Rp 116,2 triliun). Kereta berkecepatan 200 km/jam ini akan mempersingkat perjalanan Riyadh-Jeddah dari 12 jam menjadi kurang dari 4 jam.
Sementara itu, Kereta Cepat Whoosh dengan trase 142,3 km menelan investasi USD 7,27 miliar (Rp 118,37 triliun). Artinya, dengan anggaran yang sama, Whoosh hanya mampu membangun kurang dari 9,5% panjang rel kereta cepat Arab Saudi.
Masalah Hukum dan Kondisi Finansial Whoosh
Proyek Whoosh kini menghadapi tantangan hukum dengan adanya dugaan mark up yang sedang diselidiki KPK. Nilai proyek yang mencapai Rp 118,37 triliun ini sudah termasuk cost overrun USD 1,2 miliar.
Dari total investasi, 75% dibiayai pinjaman China Development Bank. PT PSBI sebagai pengelola mencatat kerugian Rp 4,2 triliun pada 2024, dan hingga semester I-2025 kerugian mencapai Rp 1,63 triliun. Bunga utang tahunan Whoosh mencapai hampir Rp 2 triliun.
Komposisi kepemilikan KCIC didominasi PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (60%) dengan mayoritas saham dipegang PT KAI (58,5%), disusul Wika (33,4%), Jasa Marga (7,1%), dan PTPN VIII (1,03%).
Artikel Terkait
Fenomena Rohana & Rojali: 3 dari 5 Orang Indonesia Hanya Tanya, Jarang Beli!
Ledakan Saham Nvidia! GTC 2025 Pacu Nilai Pasar Mendekati Rekor USD 5 Triliun
MNC Peduli Gelar Pelatihan UMKM di Lido, Peserta: Tambah Pengetahuan dan Sangat Bermanfaat!
Prospek Saham ERAA 2025: Analis REKOMENDASI BELI, Target Rp600!