PARADAPOS.COM - Di tengah Selat Hormuz, radar kapal perang Amerika Serikat (AS), USS Vincennes, tiba-tiba memunculkan satu titik yang bergerak cepat.
Dalam dunia aviasi, titik di radar punya satu indikasi, yakni ada pesawat di udara.
Jika situasi normal, satu titik itu mungkin tak berarti apa-apa.
Namun, pada 3 Juli 1988, titik putih di radar adalah awal dari tragedi yang mengguncang penerbangan sipil dan tensi politik global selama bertahun-tahun.
AS Salah Tembak
Tahun 1980, Iran dan Irak melakukan pertempuran sengit. Meski tak secara resmi ikut berperang, AS berada di belakang Irak.
Paman Sam diketahui memasok senjata, informasi intelijen, dan berbagi kapal perang ke wilayah konflik.
Salah satu kapal itu adalah USS Vincennes yang dikomandoi Kapten William C. Rogers III.
Kapal ditugaskan berada di Selat Hormuz dengan satu perintah, yakni serang apapun dari Iran yang terindikasi ancaman.
Perintah kemudian ditegakkan William tanpa pandang bulu. Atas alasan ini, tak lama usai titik muncul di radar kapal pada pukul 10.17 waktu setempat, sang kapten langsung ambil langkah siaga.
Dia melihat titik tersebut adalah pesawat jet tempur Iran berjenis F-14.
Kepercayaannya makin tinggi setelah beberapa detik, titik itu berpindah secara cepat. William berpikir, ini berarti pesawat yang bergerak cepat dan apalagi kalau bukan jet tempur?
Sebagaimana diceritakan Greg Ryan dalam US Foreign Policy Towards China, Cuba, and Iran (2018), William tentu tak mau ambil risiko. Maka, pada pukul 10.24 rudal meluncur dari USS Vincennes dan tepat mengenai sasaran.
Langit berubah menjadi merah disertai asap hitam tebal. Tak lama kemudian lautan pun dipenuhi puing-puing pesawat.
Barulah saat itu mereka sadar. Pesawat yang mereka hancurkan bukanlah jet tempur musuh. Tapi, pesawat komersial.
Pada waktu bersamaan, awak ATC Bandara International Abbas dilanda kepanikan.
Penyebabnya, satu pesawat dari maskapai Iran Air 655 mendadak hilang kontak di tengah Selat Hormuz.
Padahal, hari itu tak ada gangguan cuaca. Pesawat pun dinyatakan laik terbang.
Alhasil, pencarian pun dilakukan dan ditemukan satu klausul.
Bahwa, pesawat Iran Air 655 rute Teheran-Dubai adalah pesawat serupa yang ditembak USS Vincennes.
Artikel Terkait
Nabi Ghana Ebo Enoch Batalkan Kiamat, Beli Mercedes-Benz dari Dana Sumbangan Jemaat?
China Dukung Indonesia Jadi Presiden Dewan HAM PBB 2026: Analisis & Implikasi
Ebo Noah Ghana: Fakta & Kontroversi Prediksi Kiamat 25 Desember yang Ditunda
Indonesia Menang Voting di PBB, Calon Kuat Presiden Dewan HAM 2026