AS Salah Sasaran Tembak Pesawat Penumpang Iran, 290 Orang Tewas!

- Sabtu, 21 Juni 2025 | 08:15 WIB
AS Salah Sasaran Tembak Pesawat Penumpang Iran, 290 Orang Tewas!




PARADAPOS.COM - Di tengah Selat Hormuz, radar kapal perang Amerika Serikat (AS), USS Vincennes, tiba-tiba memunculkan satu titik yang bergerak cepat. 


Dalam dunia aviasi, titik di radar punya satu indikasi, yakni ada pesawat di udara.


Jika situasi normal, satu titik itu mungkin tak berarti apa-apa. 


Namun, pada 3 Juli 1988, titik putih di radar adalah awal dari tragedi yang mengguncang penerbangan sipil dan tensi politik global selama bertahun-tahun.


AS Salah Tembak


Tahun 1980, Iran dan Irak melakukan pertempuran sengit. Meski tak secara resmi ikut berperang, AS berada di belakang Irak. 


Paman Sam diketahui memasok senjata, informasi intelijen, dan berbagi kapal perang ke wilayah konflik.


Salah satu kapal itu adalah USS Vincennes yang dikomandoi Kapten William C. Rogers III. 


Kapal ditugaskan berada di Selat Hormuz dengan satu perintah, yakni serang apapun dari Iran yang terindikasi ancaman.


Perintah kemudian ditegakkan William tanpa pandang bulu. Atas alasan ini, tak lama usai titik muncul di radar kapal pada pukul 10.17 waktu setempat, sang kapten langsung ambil langkah siaga.


Dia melihat titik tersebut adalah pesawat jet tempur Iran berjenis F-14. 


Kepercayaannya makin tinggi setelah beberapa detik, titik itu berpindah secara cepat. William berpikir, ini berarti pesawat yang bergerak cepat dan apalagi kalau bukan jet tempur?


Sebagaimana diceritakan Greg Ryan dalam US Foreign Policy Towards China, Cuba, and Iran (2018), William tentu tak mau ambil risiko. Maka, pada pukul 10.24 rudal meluncur dari USS Vincennes dan tepat mengenai sasaran. 


Langit berubah menjadi merah disertai asap hitam tebal. Tak lama kemudian lautan pun dipenuhi puing-puing pesawat.


Barulah saat itu mereka sadar. Pesawat yang mereka hancurkan bukanlah jet tempur musuh. Tapi, pesawat komersial.


Pada waktu bersamaan, awak ATC Bandara International Abbas dilanda kepanikan. 


Penyebabnya, satu pesawat dari maskapai Iran Air 655 mendadak hilang kontak di tengah Selat Hormuz. 


Padahal, hari itu tak ada gangguan cuaca. Pesawat pun dinyatakan laik terbang.


Alhasil, pencarian pun dilakukan dan ditemukan satu klausul. 


Bahwa, pesawat Iran Air 655 rute Teheran-Dubai adalah pesawat serupa yang ditembak USS Vincennes.


Sudah Salah, Ogah Minta Maaf


Dalam tulisan "Sea of Lies" di Newswekk (1993), Iran Air Penerbangan 655 mengudara di zona yang sudah ditentukan.


Alias bukan zona perang. Pesawat berjenis Airbus A300 itu mengangkut 290 orang. 


Semuanya tewas dalam kondisi mengenaskan. Sudah pasti, kejadian ini memanaskan hubungan diplomatik kedua negara.


Elite Iran sangat mengutuk kejadian tragis ini dan sepenuhnya menyalahkan militer AS. Bagaimanapun militer AS salah total. 


Mereka salah menembak dan malah menjatuhkan pesawat komersial. Ini jelas melanggar hukum internasional.


Lebih menyebalkannya, Kementerian Pertahanan AS awalnya tidak menerima tuduhan militernya salah tembak. Mereka yakin USS Vincennes menembak jet tempur.


Namun, mereka meralat dan mengakui salah tembak. Hanya saja, mereka tidak mau meminta maaf. 


Dalam pemberitaan Washington Post (4 Juli 1988), Pentagon hanya mengucapkan penyesalan.


"Pemerintah AS sangat menyesalkan insiden ini," kata Laksamana William J. Crowe Jr., ketua Kepala Staf Gabungan, dalam konferensi pers Pentagon.


Bahkan, Presiden AS dan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Ronald Reagan (1981-1989) malah membenarkan sikap bawahannya. Dia menyebut tindakan USS Vincennes adalah aksi bela diri.


Klaim Reagan, kapten kapal sudah mengontak pilot Iran Air 655, tetapi tak dapat balasan. 


Alhasil, terjadi tembakan sebagai bentuk defensif. AS juga menegaskan bahwa insiden ini tak sepenuhnya kesalahan mereka, melainkan akibat dari situasi konflik yang diciptakan Iran sendiri.


Analis Pierre Razoux dalam The Iran-Iraq War (2016) mengungkap argumen AS didasarkan atas kebijakan Iran yang terus melanjutkan perang, sehingga AS merasa perlu menempatkan kapal perang di Selat Hormuz. 


Dengan demikian, AS memandang tragedi Iran Air 655 adalah konsekuensi dari keputusan Iran.


Meski begitu, publik tidak bodoh. Tindakan Gedung Putih memutarbalikkan fakta tidak mengaburkan kesalahan besar militer AS. 


Secara kasat mata saja, kapten kapal sedari awal sudah salah. Iran Air 655 menggunakan Airbus A300 yang super besar. Sementara, jet tempur lebih ramping.


Tragedi ini kemudian dinyatakan berakhir di Mahkamah Internasional pada 1992. 


AS diputuskan membayar ganti rugi US$ 61,8 juta kepada keluarga korban. Sebagai gantinya, AS harus dicatat dalam sejarah sebagai pihak yang tidak bersalah.


Sumber: CNBC

Komentar