Seorang anggota tim bercerita tentang sulitnya mengevakuasi korban yang tersangkut di reruntuhan. Proses itu memakan waktu lebih dari dua jam karena tim harus memastikan keamanan wilayah sekitar dari derasnya arus air. "Kami ingin segera mengangkatnya… tapi air sangat deras. Kami takut justru membahayakan tim," ucapnya.
Bagi para petugas, setiap jenazah bukan sekadar angka statistik. Mereka adalah seseorang dengan keluarga yang menunggu dengan cemas. Kesadaran inilah yang membuat pekerjaan evakuasi dilakukan dengan hati berat, diselingi hening dan air mata yang tak selalu berhasil ditahan.
Penguatan Tim dan Harapan di Tengah Kepiluan
Di posko induk darurat, strategi terus disusun untuk menjangkau titik-titik terpencil. Logistik dan personel tambahan dari instansi lain telah diminta untuk memperkuat tim. Namun, medan ekstrem tetap memperlambat seluruh proses.
Meski berada di bawah tekanan psikologis yang berat, para petugas BPBD Aceh enggan menyerah. Mereka memulai setiap hari dengan doa, memohon ketabahan untuk melanjutkan tugas mulia memulihkan martabat korban dan memberikan kepastian bagi keluarga.
Harapan tetap tumbuh dari solidaritas warga yang saling membantu dan kedatangan relawan dari berbagai daerah. Yang dibutuhkan sekarang adalah waktu, cuaca yang bersahabat, serta dukungan untuk para petugas yang berjibaku di garis depan bencana.
Artikel Terkait
Reuni 212 2025 di Monas: Jadwal, Tema Doa, dan Daftar Tokoh yang Hadir
Banjir Bandang Pidie Jaya: Tumpukan Kayu Gelondongan dari Perambahan Hutan Serang Permukiman Warga
Trump Derangement Syndrome di FBI: Dampak, Krisis Hukum & Analisis Lengkap
Update Banjir Bandang Padang Panjang: 5 Jenazah Ditemukan, Total Korban 35 Orang