PARADAPOS.COM - Murid kelas 6 SDN 24 Limo Kaum Balai Labuah Bawah, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat jadi buah bibir.
Pasalnya puisi yang dibuat Rafa Januarta Putra, bocah SD tersebut menjadi saksi bisu tragedi banjir bandang Galodo Sumbar.
Puisi yang dibuat tiga hari sebelum bencana ini, menjadi pengingat pilu atas kepergian Rafa, satu dari 13 korban yang hingga saat ini belum ditemukan.
Efriadi, ayah Adini, teman sekelas Rafa, menceritakan bahwa saat itu setiap murid di kelas Rafa diberi tugas membuat puisi tentang lingkungan.
Puisi Rafa yang penuh makna menjadi warisan terakhirnya sebelum terbawa arus banjir bandang bersama ibu dan kakaknya.
Efriadi mengatakan saat bencana banjir bandang lahar dingin Gunung Marapi terjadi, rumah Rafa terkena material yang dibawa derasnya banjir hingga dindingnya jebol.
Rafa pun terbawa arus, begitu juga dengan ibunya Elfiana dan kakaknya Fauziah yang hingga kini juga masih belum ditemukan.
"Saat kejadian mereka berempat di dalam rumah, Bapaknya, Zainal selamat, sekarang sedang dirawat di rumah sakit, kalau abangnya yang paling tua si Farhan saat itu sedang di rumah saudaranya," katanya.
"Rafa tinggal di Jalan Terminal Dabok, Balai Labuah Bawah. Saat bencana terjadi, rumahnya terkena material banjir hingga dindingnya jebol. Rafa dan keluarganya terbawa arus," ungkap Efriadi dengan penuh duka.
Efriadi menambahkan bahwa Rafa dan anaknya berteman dekat karena kelas mereka hanya memiliki belasan murid. Keduanya semakin akrab menjelang perpisahan kelas karena sudah kelas enam.
Artikel Terkait
Dutch Disease di Indonesia: Solusi Danantara untuk Atasi Kutukan Sumber Daya Alam
Susi Pudjiastuti Kritik Gibran: Janji Starlink untuk Korban Bencana Aceh Dinilai Pencitraan
Sopir MBG Pakai Kostum Power Rangers: Cara Kreatif Tingkatkan Gizi Siswa
Isu Perselingkuhan Ridwan Kamil dan Aura Kasih: Fakta, Kronologi, dan Reaksi Artis