Novum Baru: Angkat Bambang Tri Mulyono Menjadi Tokoh Pembela Kebenaran - Hukum Mati Jokowi?

- Senin, 17 Maret 2025 | 17:05 WIB
Novum Baru: Angkat Bambang Tri Mulyono Menjadi Tokoh Pembela Kebenaran - Hukum Mati Jokowi?

Ketiga, jika pemalsuan tersebut benar adanya, maka pihak yang mengesahkan dokumen palsu tersebut juga harus dimintai pertanggungjawaban.


Namun, di Indonesia, hukum sering kali berjalan secara politis. Meskipun ada bukti baru, tidak serta-merta proses hukum terhadap seorang presiden yang sedang menjabat atau telah purna tugas bisa berjalan tanpa tekanan politik. 


Kasus ini bisa saja berhenti di tengah jalan jika tidak ada keberanian dari aparat penegak hukum untuk menindaklanjutinya.


Bambang Tri Mulyono: Dari Narapidana Menjadi Tokoh Pembela Kebenaran?

Jika tuduhan yang selama ini dia lontarkan ternyata benar, maka publik dapat melihat Bambang Tri bukan sebagai penyebar hoaks, melainkan sebagai seseorang yang berani membongkar kebohongan besar. 


Dalam sejarah, tidak sedikit orang yang awalnya dicap sebagai penyebar fitnah justru di kemudian hari diakui sebagai pejuang kebenaran. 


Dalam konteks ini, Bambang Tri bisa dianggap sebagai simbol perjuangan melawan kebohongan yang mengakar dalam sistem kekuasaan.


Jika Bambang Tri akhirnya dibebaskan dan rehabilitasi nama baiknya dilakukan, ia bisa menjadi ikon perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan oleh penguasa. 


Namun, mengingat kondisi politik di Indonesia, kemungkinan besar negara akan berusaha menekan atau membungkam kasus ini agar tidak berkembang lebih luas.


Kesimpulan


Dengan adanya novum baru terkait dugaan pemalsuan ijazah Jokowi, peluang bagi Bambang Tri Mulyono untuk mendapatkan keadilan semakin terbuka. 


Jika hukum benar-benar ditegakkan tanpa intervensi politik, maka dua hal besar bisa terjadi: Bambang Tri dibebaskan dan Jokowi beserta pihak-pihak yang terlibat dalam pemalsuan ijazahnya harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. 


Namun, realitas politik dan hukum di Indonesia masih menjadi faktor penentu apakah kebenaran ini akan benar-benar ditegakkan atau justru kembali ditutupi oleh kepentingan kekuasaan. 


Saat ini, pertarungan antara keadilan dan kepentingan politik masih terus berlangsung, dan publik hanya bisa berharap bahwa kebenaran akhirnya akan menang.


***


Sumber: FusilatNews

Halaman:

Komentar