Aturan Baru Dedi Mulyadi: Siswa di Jabar Masuk Sekolah Jam 6 Pagi Mulai Juni 2025!

- Selasa, 03 Juni 2025 | 06:25 WIB
Aturan Baru Dedi Mulyadi: Siswa di Jabar Masuk Sekolah Jam 6 Pagi Mulai Juni 2025!


Negara Maju Masuk Lebih Siang


Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengatakan pihaknya mendukung kebijakan Dedi menetapkan jam malam bagi siswa pada pukul 21.00.


Menurutnya, kebijakan itu salah satunya akan membuat siswa tidak begadang yang akan mengganggu tumbuh kembang.


"Tidak melakukan tindakan negatif lainnya yang akan mengganggu waktu belajar dan istirahat sehingga mendapatkan kualitas hidup dan kesehatan prima karena jam tidurnya cukup dan berkualitas," kata Satriwan.


Namun, ia berpendapat kebijakan masuk sekolah pukul 06.00 justru kontraproduktif dengan tujuan membangun kualitas hidup dan tumbuh kembang anak.


Ia mengatakan berbagai riset menunjukkan dampak negatif kurang tidur adalah anak akan sulit berkonsentrasi, penurunan daya ingat, gangguan metabolisme tubuh, sarapan bisa terlewatkan, kelelahan, kecemasan, bahkan penurunan prestasi akademik.


Satriwan mengatakan kebijakan masuk pukul 06.00 juga di luar kelaziman internasional.


"Malaysia, Cina, AS rata-rata masuk sekolah sekitar 7.30. Sedangkan India, Inggris, Rusia, Kanada, Korea Selatan masuk sekolah pukul 8.00. Lalu Singapura, Jepang masuk pukul 8.30. Semuanya dengan skema belajar 5 hari atau Senin - Jumat. Artinya negara-negara maju rata-rata masuk sekolah lebih siang," ujarnya.


Ia mengingatkan pada 2023 lalu, NTT pernah mencoba menerapkan kebijakan masuk sekolah pukul 05.00.


Setelah uji coba dan evaluasi di sekolah, lalu direvisi menjadi pukul 05.30 dan pada akhirnya kembali menerapkan masuk sekolah pukul 07.00.


Satriwan juga menyinggung soal akan banyaknya kesulitan dalam implementasi kebijakan itu.


"Akses ke sekolah yang jauh dari rumah siswa dan guru. Ketidaksediaan kendaraan umum pada jam berangkat sekolah. Risiko keamanan bagi siswa dalam keberangkatan, karena kondisi jalan sepi atau langit masih gelap," katanya.


Selain itu, guru dan orang tua siswa juga bakal terbebani karena harus menyiapkan sarapan dan bekal lebih awal.


Bagi orang tua yang punya anak cukup banyak, lebih merepotkan sebab harus membagi perhatian penyiapan lebih awal.


"Dengan skema belajar 5 hari sekolah ditambah masuk terlampau pagi dan pulang lebih sore, anak bisa saja melampiaskan kelelahan di sekolah itu pada Sabtu dan Minggu dengan aktivitas yang negatif dan destruktif seperti nongkrong, tawuran, dan bentuk pelampiasan lainnya," katanya.


Menurutnya, tujuan Dedi agar anak tidak malas, bersemangat ke sekolah, dan gemar belajar dengan mempercepat jam masuk sebenarnya tidak langsung berkorelasi satu sama lain.


Ia mengatakan membangun kualitas pembelajaran terletak dalam ekosistem pembelajaran di sekolah, pola asuh di rumah.


Satriawan menyebut akan percuma masuk terlalu pagi, tapi kualitas pembelajaran masih rendah.


Di sisi lain, ia mengatakan tantangan pendidikan di Jawa Barat cukup berat. Anak tidak sekolah di provinsi ini mencapai 660.447 anak, di antaranya yang dropout sebanyak 164.631 anak.


Data Kemendikdasmen, kata dia, mencatat Jawa Barat berada di urutan pertama nasional angka putus sekolah di jenjang SD.


"P2G menilai kebijakan pendidikan oleh KDM selama ini belum berdasarkan evidence based policy dan research based policy. Sehingga rapuh secara konseptual dan rentan untuk berubah secara drastis karena tidak kuat," katanya.


Sumber: CNN

Halaman:

Komentar