Universitas Paramadina Kukuhkan Prof. Dr. Iin Mayasari sebagai Guru Besar: Simbol Ketekunan, Transformasi, dan Harapan Akademik

- Kamis, 26 Juni 2025 | 23:15 WIB
Universitas Paramadina Kukuhkan Prof. Dr. Iin Mayasari sebagai Guru Besar: Simbol Ketekunan, Transformasi, dan Harapan Akademik


Jakarta, 26 Juni 2025 — Suasana haru dan penuh kebanggaan menyelimuti Kampus Universitas Paramadina Cipayung dalam acara pengukuhan Prof. Dr. Iin Mayasari, MM, M.Si sebagai Guru Besar. Momen istimewa ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan akademik Universitas Paramadina sekaligus menjadi simbol keberhasilan institusi dalam melahirkan sosok akademisi unggul yang berdedikasi membina generasi intelektual masa depan.

Acara yang berlangsung pada Kamis (26/6) ini turut dihadiri oleh civitas akademika, perwakilan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah III, para tokoh pendidikan, hingga jajaran pimpinan yayasan. Dalam suasana khidmat, pengukuhan Prof. Iin menjadi penanda konsistensi Universitas Paramadina dalam menjaga mutu akademik sekaligus bukti nyata dari ketekunan dan dedikasi dalam dunia pendidikan tinggi.

Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, Ph.D. dalam sambutannya mengisahkan kembali perjalanan transformasi kampus dalam tiga setengah tahun terakhir. “Dalam enam bulan terakhir, Universitas Paramadina berhasil mengukuhkan tiga Guru Besar, dan kini tengah mendorong 14 Lektor Kepala untuk segera menyusul,” ujarnya. Ia berharap Prof. Iin dapat turut aktif membina para calon Guru Besar, memperkuat tradisi keilmuan dan pengembangan pemikiran kritis di lingkungan kampus.



Ketua Umum Yayasan Wakaf Paramadina, Hendro Martowardojo, menyoroti perjalanan intelektual Prof. Iin dari Yogyakarta ke Jakarta sebagai simbol mobilitas ilmuwan perempuan yang membawa semangat nilai-nilai keparamadinaan — inklusif, humanis, dan berbasis keilmuan. “Prof. Iin merepresentasikan wajah Paramadina yang menjunjung nilai kemanusiaan dan kemajuan intelektual,” ungkapnya.

Dari perspektif kelembagaan, Plt Kepala LLDIKTI Wilayah III, Tri Munanto, SE, M.Ak, menyampaikan apresiasi atas pencapaian ini dan menegaskan relevansi Guru Besar di masa kini. “Ini bukan hanya seremoni simbolik, tapi juga sebuah langkah strategis untuk menjawab tantangan zaman, terutama dalam bidang lingkungan dan sosial. Universitas Paramadina dengan delapan Guru Besar dan 14 Lektor Kepala diharapkan menyusul Guru Besar, telah menunjukkan komitmen kuat dalam pengembangan SDM yang unggul,” tegasnya.

LLDIKTI III menyatakan bahwa Universitas Paramadina saat ini menjadi salah satu contoh praktik baik dalam membangun kapasitas akademik dosen, dan diharapkan menjadi inspirasi bagi kampus-kampus lain di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Dalam pidatonya, Prof. Iin menyerukan pentingnya perubahan paradigma konsumen Indonesia dari sekadar penikmat hak menjadi individu yang sadar akan kewajibannya terhadap masyarakat dan lingkungan.

“Perilaku konsumen bukan sekadar tindakan membeli dan memakai barang, tetapi mencerminkan pilihan moral dan sosial seseorang. Tanggung jawab sosial konsumen adalah bentuk kesadaran untuk mempertimbangkan konsekuensi publik dari konsumsi pribadi, serta berupaya agar konsumsi itu membawa perubahan sosial dan manfaat bagi orang lain,” tegas Prof. Iin dalam pidatonya.

Lebih lanjut, Prof. Iin menyoroti fenomena gaya hidup konsumtif, flexing, dan konsumsi adiktif yang kini makin marak di tengah masyarakat. Menurutnya, kesadaran konsumen harus dibentuk sejak dini, tidak hanya melalui regulasi negara tetapi juga lewat peran institusi pendidikan, keluarga, dan media sosial. Ia menekankan bahwa menjadi konsumen bertanggung jawab bukanlah soal besar kecilnya daya beli, tetapi tentang keberanian mengambil keputusan etis dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap masyarakat, Prof. Iin juga mengusulkan penguatan kurikulum berbasis nilai keislaman, keindonesiaan, dan kemodernan di Universitas Paramadina agar mampu mencetak generasi konsumen yang tidak hanya cerdas secara ekonomi, tetapi juga empatik secara sosial.

“Tanggung jawab sosial harus dimulai dari sendiri, karena diri memiliki otoritas untuk mengontrol aspek benar atau salah. Melakukan tanggung jawab sosial bukan menjadi beban, tetapi kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang tumbuh dan bermanfaat bagi banyak orang,” tutupnya.

Acara pengukuhan ini menegaskan bahwa capaian akademik bukan hanya milik individu, tetapi hasil dari semangat kolektif, kerja keras institusi, dan dukungan komunitas akademik. Dengan semangat ini, Universitas Paramadina terus melangkah maju untuk menjadi universitas yang unggul, adaptif, dan berdampak nyata bagi kemajuan bangsa.

Komentar