PARADAPOS.COM - Pria berinisial T menceritakan bagaimana awal mula keempat putrinya bisa dicabuli oleh pendeta di Blitar, Jawa Timur berinisial DKBH (69). Keempat korban berinisial FTP (17), GTP (15), TTP (13), dan NTP (7).
Peristiwa itu bermula saat T bertemu dan berkenalan dengan DKBH pada Desember 2021.
T ditawari bekerja oleh DKBH untuk menjadi sopir pribadinya. Kemudian, pendeta itu mencarikan kontrakan untuk T dan keempat putrinya di belakang gereja.
"Setelah tahun 2022 karena penjaga gereja tersebut meninggal dunia, saya ditawari untuk masuk ke dalam gereja dan tinggal di situ, menginap dengan empat putri saya," kata T saat diwawancarai di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (4/7/2025).
Setelah dua tahun tinggal di gereja, peristiwa pencabulan itu mulai terbongkar saat anak pertama T yang berinisial FTP (17) pamit bermain dengan rekannya, tetapi tak mau pulang lagi.
"Ketika saya telfon, dia enggak mau pulang. Akhirnya, saya cari informasi kenapa enggak pulang, dia jawab bahwa dia pindah ke Blitar sama temannya," ujar T
Akhirnya, T menyusul putrinya di rumah temannya. Di sana lah FTP menceritakan semuanya.
"Saat itu, anak saya bilang "Papih tega, papih enggak peduli sama aku. Aku sudah rusak sama pendeta itu'," ucap T.
FTP mengaku area sensitifnya sudah sering dipegang oleh pendeta tersebut.
Tak hanya itu, dia juga mengaku pernah dimandikan dan diajak berenang oleh pendeta tersebut.
Mendengar hal itu, T terkejut dan langsung membawa pulang FTP ke Blitar. Setibanya di Blitar, dia langsung menegur DKBH.
"Dia (pendeta) mengakui perbuatannya. Dia bilang 'khilaf dan tidak seperti itu, itu kasih sayang, saya mandiin anak karena dia anak piatu'. Saya enggak terima, saya bilang saya memaafkan, tapi saya minta ada rapat gereja," ujat T.
Dalam rapat tersebut, DKBH mengakui perbuatannya di depan istrinya dan keempat anggotanya yang lain.
Namun, karena DKBH merupakan pemimpin dari gereja tersebut, maka dia menghukum dirinya sendiri dengan tidak khutbah selama tiga bulan atas perbuatan yang dilakukan.
Namun, setelah itu anak sulung T bercerita lagi bahwa bukan hanya dirinya yang menjadi korban pencabulan.
"Kakanya bilang adik-adik juga kena (jadi korban pencabulan). Dari situ, saya korek keterangan dari adik-adiknya, baru mereka mengaku," ujar T.
Akhirnya, T melaporkan perbuatan pendeta itu ke polisi, tetapi karena mendapat ancaman dia sempat mencabut laporan itu lagi.
"Pertama kali pas diajak damai ditakut-takuti bahwa kalau nekat melaporkan saya akan sengsara di sana, kemudian anak-anak saya enggak sekolah, terus saya akan tidur di emperan toko atau jembatan, jadi kami ketakutan," ucap T.
Sampai akhirnya, ada orang yang berusaha menolong T untuk melaporkan permasalahan tersebut ke Tim Hotman 911 di Jakarta.
Namun, orang yang membantu T dan keempat putrinya mendadak lepas tangan di tengah jalan karena diduga mendapat sogokan uang dari pelaku.
Kini, kasus pencabulan tersebut sudah kembali dilaporkan ke Polda Jawa Timur. Namun, sampai saat ini belum juga naik ke tahap penyidikan.
Oleh karena itu, sebagai Kuasa Hukum para korban, Hotman Paris Hutapea mendesak Polda Jawa Timur untuk segera mengusut tuntas kasus pencabulan ini.
"Kami menghimbau kepada Kapolda Jawa Timur dan Direktur Tindak Pidana Umum dan Subdit Renakta agar kasus yang dilimpahkan dari Bareskrim agar segera diproses, karena sampai hari ini belum naik sidik," tegas Hotman.
Sumber: kompas
Artikel Terkait
Mayjen TNI (Purn) Soenarko Nilai Gibran Sosok Tak Kompeten: Wapres Kok Planga-Pongo, Gak Pantes!
GAWAT! Relawan Sedulur Jokowi Mengutuk Roy Suryo, Ancam Akan Lakukan Aksi Besar
Balada Topan Obaja Putra Ginting: Si Anak Emas Gubernur, Kawan Baik Rektor USU
Daftar 24 Calon Dubes yang Diusulkan Prabowo, Ada Nama Adik Luhut