Jagat perfilman Indonesia kembali memanas, dan kali ini apinya disulut oleh salah satu sutradara paling senior di negeri ini, Hanung Bramantyo.
Lewat unggahan media sosialnya yang pedas dan blak-blakan, Hanung secara terbuka mengkritik keras sebuah film animasi berjudul "Merah Putih: One For All", yang disebut-sebut diproduksi dengan dana Rp 6,7 miliar sampai Rp7 miliar.
Kritik Hanung tidak hanya berhenti pada kualitas teknis yang ia prediksi akan banyak dikritik, tetapi juga merembet ke pertanyaan yang jauh lebih sensitif yakni bagaimana film ini bisa "menyerobot" antrean tayang di bioskop di tengah ratusan film lain yang menunggu?
Unggahan ini sontak menjadi bola panas yang membongkar diskursus soal standar kualitas dan transparansi di industri sinema Tanah Air.
'Budget 7M Itu Cuma Cukup Buat Cor-coran Kasar!'
Dengan pengalaman puluhan tahun di industri, analisis Hanung Bramantyo terasa tajam dan teknis.
Ia membongkar angka Rp 7 miliar yang bagi orang awam terdengar besar, namun menurutnya sangat mustahil untuk menghasilkan film animasi yang layak tayang di bioskop.
Dalam unggahannya, ia menulis, "Budget 7M untuk Film Animasi, potong pajak 13% kisaran 6M, sekalipun tidak dikorupsi, hasilnya tetap JELEK!!!"
Hanung bahkan memberikan analogi yang mudah dipahami publik:
Menurutnya, budget minimal untuk sebuah film animasi yang layak adalah Rp 30-40 miliar di luar biaya promosi, dengan waktu pengerjaan 4-5 tahun.
Ia menegaskan bahwa dana sebesar itu hanya cukup untuk tahap "Previs (kumpulan storyboard berwarna yang digerakkan sebagai panduan Animator)".
Ia menyamakan film dengan budget tersebut seperti membangun rumah yang baru selesai "cor2an kasar", belum dipelur semen dan lantainya pun masih kasar.
Kritik ini seolah menjadi tamparan keras, bukan hanya untuk produser film tersebut, tetapi juga sebagai edukasi bagi publik agar tidak mudah terkesan dengan angka fantastis yang sebenarnya tidak seberapa dalam skala industri animasi global.
Ironi Slot Tayang & Teriakan 'Kopet!' yang Viral
Masalah tidak berhenti pada kualitas. Hanung menaikkan level kritiknya saat mengetahui film tersebut berhasil mendapatkan jadwal tayang di bioskop.
Dalam unggahan Story berikutnya, ia membagikan tangkapan layar berita yang menyatakan produser film membantah memakai dana pemerintah.
Namun, Hanung justru mempertanyakan hal lain yang lebih fundamental.
"Trus kenapa harus buru2 tayang? Ironisnya kok bisa dapet tanggal tayang ditengah 200 judul Film Indonesia ngatree tayang? KOPET!!!" tulis Hanung, lengkap dengan umpatan yang menunjukkan puncak kekesalannya.
Pertanyaan ini langsung menyentil borok yang selama ini menjadi rahasia umum di industri yakni alokasi layar bioskop.
Dengan adanya sekitar 200 judul film yang antre, keberhasilan film "Merah Putih: One For All" mendapatkan slot tayang menimbulkan kecurigaan.
Apakah ada permainan "orang dalam"? Ataukah ada lobi-lobi khusus yang melangkahi antrean normal?
kritik Hanung Bramatyo
Melindungi Wajah Animasi & Kepercayaan Penonton
Kegeraman Hanung Bramantyo bisa dipahami jika dilihat dari kacamata seorang praktisi senior yang ingin menjaga marwah industrinya. Industri animasi Indonesia sedang berjuang keras membangun reputasi lewat karya-karya berkualitas seperti Nussa, Si Juki the Movie, atau Riki Rhino.
Munculnya film yang diprediksi berkualitas rendah namun bisa tayang di bioskop berisiko merusak dua hal:
Reputasi Animator Lokal: Bisa menciptakan persepsi bahwa standar animasi Indonesia memang serendah itu.
Jika penonton merasa dikecewakan, mereka akan kapok menonton film animasi lokal lainnya, memukul rata semua karya anak bangsa.
Kritik pedas Hanung, meskipun kontroversial, dapat dilihat sebagai "peluit" peringatan agar ada standar minimum yang harus dipenuhi sebelum sebuah karya dilempar ke pasar, demi kesehatan ekosistem film jangka panjang.
Kini, bola panas ada di tangan produser untuk membuktikan kualitas filmnya, dan juga di pihak bioskop untuk memberikan transparansi mengenai sistem penjadwalan mereka. Pada akhirnya, penontonlah yang akan menjadi hakim terakhir.
Sumber: suara
Foto: Hanung Bramantyo Bela Film Merah Putih One for All (Instagram/hehaproduction)
Artikel Terkait
Honda Luncurkan Motor Bebek Baru, Konsumsi BBM-nya Capai 71,4 Km per Liter
Motif 20 Prajurit TNI Aniaya Prada Lucky hingga Tewas: Pembinaan
Profil Letda (Purn) Darius Bayani: Rambo TNI yang Terima Bintang Sakti Prabowo
Gibran Tak Salami AHY Diduga Imbas Isu Pemakzulan