Video hoaks yang mengklaim pelatih lumba-lumba, Jessica Radcliffe, tewas ditelan paus orca telah sukses membuat gempar jutaan pengguna media sosial.
Setelah terbukti bahwa sosok dan insiden tersebut sepenuhnya rekayasa AI, pertanyaan besar pun muncul: Apa sebenarnya tujuan orang membuat dan menyebarkan kebohongan semacam ini?
Jawabannya ternyata lebih kompleks dari sekadar iseng. Di balik video viral yang memicu kepanikan dan simpati, ada berbagai motif yang mendorong para kreator dan penyebar hoaks.
Memahaminya adalah kunci agar kita, terutama Gen Z dan Milenial yang setiap hari berselancar di dunia maya, tidak lagi mudah terperdaya.
1. Motivasi Ekonomi: Cuan dari Kepanikan Massal
Ini adalah motif yang paling umum dan mendasar. Konten yang sensasional, dramatis, dan memancing emosi kuat adalah tambang emas untuk mendulang klik, suka, dan bagikan.
Fenomena ini dikenal dengan istilah engagement bait, yaitu taktik memancing interaksi untuk menaikkan jangkauan sebuah unggahan secara artifisial.
Bagaimana cara kerjanya?
Monetisasi Platform: Semakin banyak penayangan dan interaksi pada video di platform seperti TikTok, YouTube, atau Facebook, semakin besar potensi pendapatan iklan (ad revenue) bagi si pengunggah.
Meningkatkan Follower: Akun yang berhasil membuat konten viral akan mendapatkan lonjakan pengikut dalam waktu singkat.
Akun dengan banyak pengikut ini kemudian bisa dijual atau digunakan untuk promosi berbayar (endorsement).
Singkatnya, kepanikan dan rasa penasaran Anda adalah sumber keuntungan bagi mereka. Hoaks Jessica Radcliffe adalah contoh sempurna, dengan narasi tragis yang hampir mustahil untuk diabaikan.
2. Pencarian Validasi dan Popularitas Sosial
Di luar uang, ada dorongan psikologis yang kuat. Banyak orang menyebarkan informasi mengejutkan untuk mendapatkan pengakuan sosial.
Menjadi yang pertama membagikan berita "breaking" membuat mereka merasa penting dan terinformasi.
Efek Ikut-ikutan (Bandwagon Effect): Ketika sebuah konten mulai viral, orang cenderung ikut menyebarkannya tanpa verifikasi, karena mereka melihat banyak orang lain melakukan hal yang sama. Ada ketakutan ketinggalan tren atau Fear of Missing Out (FOMO).
Bias Konfirmasi: Orang cenderung lebih mudah percaya dan menyebarkan informasi yang sesuai dengan keyakinan atau ketakutan yang sudah ada.
Hoaks serangan orca terasa "masuk akal" karena terinspirasi dari tragedi nyata seperti yang menimpa Dawn Brancheau, yang diangkat dalam film "Blackfish".
3. Pamer Kemampuan AI dan Eksperimen Digital
Dengan kemajuan teknologi AI yang pesat, membuat konten rekayasa yang sangat meyakinkan menjadi semakin mudah. Bagi sebagian orang, membuat hoaks seperti video Jessica Radcliffe adalah cara untuk:
Menguji Teknologi: Mencoba sejauh mana kemampuan AI dalam memanipulasi video dan audio untuk menipu audiens massal.
Pamer Keahlian: Ini bisa menjadi bentuk "unjuk gigi" atau portofolio digital yang gelap, menunjukkan kemampuan teknis si kreator dalam menciptakan disinformasi yang sulit dideteksi.
Hoaks ini menjadi bukti nyata bahwa kita telah memasuki era di mana membedakan fakta dan fiksi membutuhkan kewaspadaan ekstra.
Sumber: suara
Foto: Membongkar Motif di Balik Video Viral Jessica Radcliffe Pelatih Lumba-Lumba Ditelan Paus [Ist]
Artikel Terkait
Honda Luncurkan Motor Bebek Baru, Konsumsi BBM-nya Capai 71,4 Km per Liter
Motif 20 Prajurit TNI Aniaya Prada Lucky hingga Tewas: Pembinaan
Profil Letda (Purn) Darius Bayani: Rambo TNI yang Terima Bintang Sakti Prabowo
Gibran Tak Salami AHY Diduga Imbas Isu Pemakzulan