PARADAPOS.COM - Film animasi Merah Putih One For All akhir akhir ini jadi pembicaraan hangat.
Film ini diproduksi oleh Perfiki Kreasindo, dengan menggandeng sutradara Endiarto dan Bintang Takari. Mereka juga terlibat dalam penulisan skenario.
Film ini diproduseri oleh Toto Soegriwo dan didukung oleh produser eksekutif Sonny Pudjisasono.
Berikut profil sosok di balik film animasi tersebut, seperti yang dirangkum kumparan dari berbagai sumber:
Perfiki Kreasindo
Perfiki Kreasindo adalah sebuah rumah produksi yang berbasis di Jakarta.
Namanya mencuat usai disebut sebagai rumah produksi film animasi Merah Putih: One for All.
Perfiki Kreasindo bernaung di bawah Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, sebuah lembaga swasta yang berfokus pada pengembangan perfilman nasional. Perfiki berkantor di Gedung Usmar Ismail, Jakarta Selatan.
Di luar produksi film, akun media sosial Perfiki Kreasindo menunjukkan kegiatan lain seperti penyelenggaraan kelas akting dan ajang Putri Asuransi Indonesia.
Meski demikian, informasi mengenai profil perusahaan ini masih sangat terbatas. Situs resmi mereka di perfiki.com tidak bisa diakses dan menampilkan pesan error.
Sonny Pudjisasono
Perfiki Kreasindo tak bisa lepas dari nama Sonny Pudjisasono.
Sonny memulai karier sebagai pengusaha bioskop keliling sejak 1977, sebuah usaha yang ia tekuni hingga tahun 2022.
Sejumlah posisi penting telah dan sedang dia jalani.
Saat ini, Sonny menjabat sebagai Direktur Utama Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, sebuah lembaga swasta yang fokus pada pengembangan industri film nasional.
Selain itu, Sonny juga hadir sebagai Ketua Umum Perfiki Kreasindo, rumah produksi yang menggarap film Merah Putih: One for All.
Beberapa jabatan yang pernah ia embani antara lain: Direktur Usaha Pertunjukan Film Keliling Indonesia, Stakeholder Badan Perfilman Indonesia, Komisaris Utama Midessa Sasono Picture, hingga Direktur Perfiki Law Firm.
Pada 2022, Sonny tercatat pernah menjadi kader Partai Buruh, bahkan sempat menduduki posisi ketua umum.
Pada Pemilu 2019, ia pernah mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Timur V.
Ia juga kembali mencoba peruntungannya dalam Pemilihan Legislatif sebagai calon anggota DPR RI untuk daerah pemilihan Papua Tengah I.
Toto Soegriwo
Toto Soegriwo adalah lulusan dari SMAN 1 Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah.
Ia memulai karier di rumah produksi PT. Djohar Mandiri Jaya. Ia pernah menjadi anggota Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI).
Toto juga pernah menjajaki karier di industri media.
Ia bekerja di Radio S1079FM. Kemudian menjabat sebagai Sekretaris Redaksi di Majalah DeFilm, yang mengangkat isu-isu perfilman nasional.
Toto sempat bekerja di Pusat Perfilman H. Usmar Ismail (PPHUI), lembaga yang menjadi pusat aktivitas dan pelestarian sejarah perfilman Indonesia.
Saat ini, Toto menjadi Sekretaris Umum Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI). Kemudian menjadi Agregator & Kurator di Lokalfilm.id.
Kontroversi Film
Dua nama itu, Perfiki dan Sonny, mencuat ke publik di balik kontroversi film animasi Merah Putih One for All.
Dengan anggaran produksi diklaim mencapai Rp 6,7 miliar, kualitas animasi film ini dinilai jauh dari harapan dan standar industri.
Kritik muncul setelah bahwa sejumlah aset visual dalam film, seperti karakter dan latar, diduga merupakan hasil pembelian dari toko digital.
Waktu pengerjaan film disebut-sebut kurang dari satu bulan, yaitu digarap mulai Juni 2025.
Menanggapi kritik soal film Merah Putih One For All, Sonny menyebut publik tidak bisa menilai sebuah film hanya dari cuplikannya saja.
Ia mengajak untuk menonton filmnya secara utuh pada 14 Agustus di bioskop nanti.
Tanggapan BPI
Selain masyarakat film dan beberapa sineas, kritik datang dari Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BPI), Gunawan Paggaru.
Pihaknya menyayangkan kemunculan film animasi Merah Putih One For All yang dinilai berkualitas rendah dan berpotensi merusak citra industri animasi Tanah Air yang tengah berkembang pesat.
"Kalau minta tanggapan saya, justru sangat disayangkan. Sangat disayangkan muncul film seperti ini," tegas Gunawan Pagaru.
Gunawan khawatir film ini dapat memunculkan spekulasi negatif terhadap industri animasi Indonesia yang sedang berada di momentum positif berkat kesuksesan film JUMBO.
"Trailer itu kan kita sudah bisa baca. Apalagi aslinya. Trailernya itu sudah tidak beres, logikanya enggak jalan, jadinya kayak apa," ujarnya.
Sumber: Kumparan
Artikel Terkait
Bukan Hanya AHY, Begini Tatapan Tajam Bahlil Saat Tak Disalami Gibran
Insiden Gibran Tak Salami Menteri Bukti Relasi di Kabinet Tidak Kuat
Pemberian Abolisi-Amnesti Diduga jadi Penyebab Perubahan Sikap Gibran
Menarik! Gestur Dingin Gibran ke AHY: Sinyal Benturan Geng Solo vs Geng Pacitan Menuju 2029?