PARADAPOS.COM - Nama Riza Chalid selalu beredar di balik isu-isu besar negeri ini, namun sosoknya seolah tak pernah benar-benar tersentuh hukum.
Dari panggung migas hingga politik, ia kerap digambarkan sebagai “raja tanpa mahkota” yang bisa masuk ke ruang-ruang elit tanpa banyak diketahui publik.
Julukan seorang netizen yang menyebut Riza Chalid lebih licin dari ular di Taman Eden bukan sekadar kiasan.
Riza berhasil mengelak dari sorotan aparat, sekalipun namanya terseret dalam kasus besar seperti skandal “Papa Minta Saham” yang mengguncang politik Indonesia.
Banyak tokoh jatuh karena kasus serupa, tapi Riza seakan memiliki jalan keluar yang selalu terbuka.
Bagi pengamat politik, kemampuan Riza membangun jejaring di berbagai lini—dari bisnis energi hingga lingkaran partai besar—menjadi kunci kekuatannya.
Ia tidak selalu tampil di depan layar, justru bekerja dalam senyap, namun punya pengaruh besar dalam percaturan kekuasaan.
Publik bertanya-tanya: bagaimana mungkin seorang pengusaha yang namanya sering muncul dalam kontroversi bisa tetap aman?
Pertanyaan ini yang menegaskan bahwa Riza Chalid memang sosok “tak tersentuh”—lebih licin daripada ular yang berhasil menggoda Hawa di Taman Eden.
Jika benar Indonesia serius membangun tata kelola yang bersih, maka sosok seperti Riza Chalid seharusnya tidak lagi diberi ruang untuk bermain dalam bayangan.
Transparansi dan keberanian politik mutlak diperlukan agar publik tak terus merasa dikhianati oleh permainan licin segelintir elit.
Riza Chalid sejak empat dekade lalu dikenal dekat dengan pentolan Cendana, Bambang Trihadmodjo.
Selama bertahun-tahun dia mengendalikan Pertamina Energy Trading Ltd (PETRAL), anak usaha PT Pertamina.
Riza menjadi besar dan mendominasi bisnis itu, diapun disebut-sebut sebagai "penguasa abadi bisnis minyak" di Indonesia.
Setelah kekuasaan rezim Suharto dan Orde Baru berakhir, dia mendekat ke Cikeas dan kubu Yudhoyono dan bermitra dengan Hatta Rajasa, orang penting dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Menurut catatan Goerge Junus Aditjondro dalam "Gurita Bisnis Cikeas", Riza Chalid harus membayar premi kepada keluarga Cikeas sebesar 50 sen Dolar per barrel minyak.
Ini sempat membuat Dirut Pertamina saat itu, Karen Agustiawan gerah, dan akhirnya mundur teratur dari jabatannya.
Artikel Terkait
APBD Jabar Rugi! Purbaya Sentil KDM Soal Bunga Giro Rendah, BPK Bisa Turun Tangan
Aqua Terancam Gugatan Hukum Atas Dugaan Penipuan terhadap Konsumen
Prabowo Satukan Indonesia: Mengakhiri Era Cebong dan Kampret
Ketua KPU Sewa Private Jet Rp 90 Miliar, Terungkap Perjalanan Mewah ke Bali hingga Kalsel!