Mahfud kemudian membandingkan kondisi NU saat ini dengan NU pada masa sebelumnya yang lebih fokus pada peran sosial-keagamaan. Pria yang kini menjadi anggota Komisi Percepatan Reformasi Polri itu menyampaikan bahwa orientasi organisasi kini dianggap mulai menjauh dari nilai-nilai yang dulu menjadi fondasinya.
"Saya begini loh, merindukan NU yang taat pada ulama, tidak rebutan proyek. Gak ada itu urusan ngurus perusahaan, ngurus tambang, ngurus itu dulu gak ada," lanjutnya.
Mahfud menilai keterlibatan sejumlah pihak dalam urusan ekonomi dan proyek bisnis turut menyebabkan ketegangan internal. Hal ini dianggap memunculkan perubahan karakter organisasi dan melemahkan nilai-nilai yang selama ini dijaga oleh para ulama pendiri.
Sindiran Tajam Mahfud MD: "Bukan PBNU, Tapi PTNU"
Dalam penjelasannya, Mahfud MD menyampaikan kritik tajam terkait arah gerak institusi. Ia menggunakan istilah “PTNU” untuk menggambarkan bagaimana dinamika internal mirip dengan sebuah perusahaan yang memiliki pemegang saham dan struktur manajerial.
"Jadi bukan PBNU, PTNU akhirnya. Perusahaan terbatas akhirnya. Antara pemegang saham, betul. Kemudian ada komisaris, ada direksi," pungkasnya.
Pernyataan tersebut memperlihatkan bahwa ia menilai konflik di tubuh Nahdlatul Ulama saat ini lebih berkaitan dengan perebutan akses dan kepentingan ekonomi, dibandingkan dengan persoalan ideologi atau prinsip organisasi.
Artikel Terkait
Hakim MK Saldi Isra Kritik Seleksi Perwira TNI di K/L, Sorot Polemik Pernyataan Kepala BNPB
Starlink Pakai Pulsa? Ternyata Begini Cara Bayar & Berlangganan yang Benar
Gus Faris Bongkar Akar Konflik PBNU: Bukan Isu Yahudi, Tapi Soal Tambang!
Bupati Aceh Selatan Umrah Saat Banjir Melanda, Ini Kronologi Lengkap dan Polemiknya