Sebagai lembaga akademik papan atas, rutinitas untuk melakukan proofread, yaitu memeriksa dengan cermat segala bahan publikasi sebelum menerbitkannya, seharusnya telah mendarah daging di dalam diri setiap insan civitas akademikanya.
Meskipun, dalam norma akademik, masih ada kemungkinan meralat kesalahan publikasi melalui erratum/corrigendum, namun, sudah seharusnya errors itu dimitigasi seminimum dan sedini mungkin, demi terjaganya kredibilitas kampus.
Meski demikian, di luar kecerobohan penulisan nama tersebut, Prof. Dr. Soenardi Prawirohatmodjo, pembimbing tesis Pak Kasmudjo, terkonfirmasi merupakan guru besar di bidang Teknologi Hasil Hutan (https://ugm.ac.id/id/berita/21056-guru-besar-fakultas-kehutanan-ugm-prof-soenardi-berpulang/), sehingga memperkuat kesimpulanku di atas bahwa Pak Kasmudjo adalah dosen Fakultas Kehutanan UGM dari Jurusan Teknologi Hasil Hutan.
KEDUA,
Dengan kata kunci "achmad sumitro" atau kata kunci "achmad soemitro", kutemukan sebanyak 35 skripsi dari para mahasiswa yang pernah dibimbing oleh Prof. Dr. Achmad Sumitro atau Prof. Dr. Achmad Soemitro di dalam repository UGM, masing-masing:
Sebanyak 17 skripsi di: https://etd.repository.ugm.ac.id/home/pencarian/search?keyword=achmad sumitro
dan
Sebanyak 18 skripsi di: https://etd.repository.ugm.ac.id/home/pencarian/search?keyword=achmad soemitro
Dari informasi mengenai judul, abstrak, daftar isi atau daftar pustaka dari setiap skripsi tersebut, aku juga berani memastikan bahwa topik-topik kajian dari para mahasiswa bimbingan Prof. Dr. Achmad Sumitro atau Prof. Dr. Achmad Soemitro tersebut, hampir semuanya berkisar pada kajian-kajian tentang sosial ekonomi kehutanan. Hanya kutemukan satu skripsi saja yang topik kajiannya tentang ekologi hutan, yaitu skripsi dari C. Hendro Widjanarko pada tahun 1994 yang berjudul: "Struktur dan Komposisi Tumbuhan Bawah pada Berbagai Tipe Habitat dan Pemanfaatannya oleh Kera Ekor Panjang (Studi Kasus di Hutan Jati BKPH Pasarsore KPH Cepu)", yang tersedia di: https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/172296.
Dengan kata lain, topik-topik skripsi tersebut masih berada pada domain keilmuan Jurusan Manajemen Hutan, sehingga terkonfirmasi bahwa Prof. Dr. Achmad Sumitro atau Prof. Dr. Achmad Soemitro adalah dosen Fakultas Kehutanan UGM dari Jurusan Manajemen Hutan (https://manajemen.fkt.ugm.ac.id).
*
Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka bisa kusimpulkan lebih lanjut, bahwa:
(1) Dosen Pembimbing Akademik Joko Widodo adalah seorang dosen yang mengajar di Jurusan Teknologi Hasil Hutan, sedangkan Dosen Pembimbing Skripsi Joko Widodo adalah seorang dosen yang mengajar di Jurusan Manajemen Hutan;
dan
(2) Topik kajian dari skripsi Joko Widodo merupakan topik sosial ekonomi kehutanan yang berada di bawah Jurusan Manajemen Hutan.
Oleh karena itu, muncul lah pertanyaan berikutnya:
"Apakah seorang mahasiswa di Fakultas Kehutanan UGM, bisa mendapatkan Dosen Pembimbing Akademik dari Jurusan Teknologi Hasil Hutan, namun mendapatkan Dosen Pembimbing Skripsi dari Jurusan Manajemen Hutan, padahal kedua jurusan tersebut memiliki disiplin keilmuan yang berbeda meskipun sama-sama membicarakan tentang isu hutan dan kehutanan?"
Aku sendiri adalah Alumnus Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Angkatan 1989, di era ketika IPB masih mengadopsi sistem paket yang top-down, bukan SKS yang bottom-up, sehingga aku hanya memiliki Dosen Pembimbing Skripsi dan tidak pernah memiliki Dosen Pembimbing Akademik.
Meskipun aku tidak memiliki Dosen Pembimbing Akademik, namun, sebagai seorang mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, saat itu aku mendapatkan Dosen Pembimbing Skripsi dari jurusan yang sama, yaitu: Jurusan Manajemen Hutan juga.
Demikian juga dengan ketiga anak-anakku yang telah beruntung merasakan kemerdekaan kampus dengan Sistem Kredit Semester yang tak lagi top-down.
Anak pertamaku adalah Alumnus Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB, Angkatan 2013. Baik Dosen Pembimbing Akademik maupun Dosen Pembimbing Skripsinya berasal dari jurusan yang sama, yaitu: Jurusan Geofisika dan Meteorologi juga.
Anak keduaku adalah Alumnus Jurusan Film dan Televisi, FSRD ISI Surakarta, Angkatan 2018. Baik Dosen Pembimbing Akademik maupun Dosen Pembimbing Skripsinya pun berasal dari jurusan yang sama, yaitu: Jurusan Film dan Televisi juga.
Anak ketigaku adalah Alumna Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Brawijaya, Angkatan 2020. Lagi-lagi, baik Dosen Pembimbing Akademik maupun Dosen Pembimbing Skripsinya masih berasal dari jurusan yang sama, yaitu: Jurusan Biologi juga.
Maka, aku berani menarik kesimpulan bahwa jika seseorang mengklaim bahwa dia adalah seorang alumnus/alumna dari sebuah jurusan tertentu, maka Dosen Pembimbing Akademik maupun Dosen Pembimbing Skripsinya pun seharusnya berasal dari jurusan yang sama.
Bayangkan, apa jadinya, andai di bawah fakultas yang sama, katakan Fakultas Seni Rupa dan Desain, seorang mahasiswa Jurusan Film dan Televisi, mendapatkan Dosen Pembimbing Akademik dari Jurusan Seni Murni, sedangkan Dosen Pembimbing Skripsinya berasal dari Jurusan Kriya?
Atau, apa jadinya, di bawah fakultas yang sama, katakan FMIPA, seorang mahasiswa Jurusan Kimia, mendapatkan Dosen Pembimbing Akademik dari Jurusan Biologi, sedangkan Dosen Pembimbing Skripsinya berasal dari Jurusan Matematika?
Sehingga, apakah Joko Widodo adalah Alumnus Jurusan Teknologi Hasil Hutan dan apakah skripsi Joko Widodo mengindikasikan sebagai seorang Alumnus Jurusan Teknologi Hasil Hutan?
Pertanyaanku tersebut, sepertinya telah terjawab sebagian oleh seorang mahasiswa S1 Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM, yang pernah mengulas secara ringkas skripsi dari Joko Widodo, berdasarkan arsip analognya yang langsung dibacanya sendiri di Perpustakaan UGM, pada April 2013, ketika Joko Widodo masih menjadi Gubernur DKI, yaitu 12 tahun sebelum Dr. Rismon Hasiholan Sianipar membuka arsip tersebut kembali: https://hairicipta.blogspot.com/2013/04/mengintip-skripsi-jokowi.html?m=1.
Pada alinea ke-10, mahasiswa S1 Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan UGM tersebut, menuliskan:
"Skripsi pada tahun-tahun belakangan ini sudah jarang yang mengambil topik seperti topik yang diambil Jokowi. Kebanyakan skripsi di Teknologi Hasil Hutan (yang sekarang bukan lagi jurusan melainkan menjadi bagian atau semacam konsentrasi studi) UGM lebih banyak dilakukan di laboratorium. Studi yang diambil belakangan ini biasanya berkaitan dengan kecocokan penggunaan kayu untuk berbagai keperluan, pembuatan produk berbahan limbah kayu, penelitian sifat kayu, pengawetan kayu, pemanfaatan hasil hutan non kayu dan lain-lain."
Menurutku, alinea di atas bisa dimaknai bahwa: "Topik dari skripsi Jokowi jauh berbeda dari topik-topik mainstream dari skripsi-skripsi para mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Hutan lainnya, karena topik skripsi Jokowi tersebut sebenarnya membahas topik-topik mainstream dari skripsi-skripsi para mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan."
Dan, bagian lain dari tulisan seorang mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan UGM pada April 2013 tersebut, yang sepertinya akan sangat menarik untuk para pakar forensic, adalah bagian akhir dari alinea ke-3:
"Jangan bayangkan skripsi Jokowi itu sudah berdebu atau lapuk dimakan rayap. Skripsi yang bersampul warna hijau lumut dengan huruf keemasan itu masih dalam kondisi baik meskipun sudah nampak lusuh."
Mungkin Dr. Rismon Hasiholan Sianipar seharusnya segera menemui mahasiswa tersebut untuk berdiskusi.
Mahasiswa tersebut kini telah menjadi salah satu dosen di Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM (https://acadstaff.ugm.ac.id/hairicipta), dengan topik-topik kajian yang masih konsisten dengan disiplin keilmuannya: https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57193109446.
*
Dan, akhirnya, kembali ke pertanyaan, "Apakah Joko Widodo adalah Alumnus Jurusan Teknologi Hasil Hutan dan apakah skripsi Joko Widodo mengindikasikan sebagai seorang Alumnus Jurusan Teknologi Hasil Hutan?"
Coba kita tanyakan pada rumput yang bergoyang!
p
tags
Sumber: Portal-Islam
Artikel Terkait
Banjir Bekasi Landa 3.548 Warga, BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem hingga 7 November
Sopir Bus SDIT Pandeglang Diduga Cabuli Siswi Kelas 1 SD, Ini Kronologinya
Gempa Wonogiri 3.6 SR: Info Terkini BMKG, Lokasi, dan Dampak Guncangan
3 Tempat Nongkrong di Ngawi yang Cozy & Kekinian 2024, Wajib Coba!