'Shadow Purge Prabowo, Strategi Halus Mengunci Para Loyalis Jokowi'
Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (INFUS), Gde Siriana Yusuf, mengungkap sebuah analisis tajam mengenai dinamika kekuasaan pasca Pilpres 2024.
Menurutnya, Menteri Pertahanan yang kini bersiap menjadi Presiden RI, Prabowo Subianto, tengah menjalankan strategi “shadow purge” atau pembersihan lawan politik secara senyap. Hal itu diungkap di akun IG-nya pada tanggal 26/6/ 2026.
“Prabowo tidak serta-merta melakukan reshuffle terbuka atau konfrontasi langsung. Ia justru memanfaatkan skandal dan kesalahan masa lalu para tokoh penting untuk mengunci pergerakan mereka,” kata Gde Siriana, Kamis (26/6/2025).
Langkah Prabowo ini, lanjutnya, terlihat dari rentetan peristiwa yang menjerat sejumlah tokoh yang selama ini dikenal dekat dengan Jokowi. Beberapa contoh mencolok:
- Kasus korupsi BTS Kominfo yang menyeret nama Menkominfo Budi Arie Setiadi.
Meski belum ditetapkan sebagai tersangka, keterangan pegawai Kominfo menyebut adanya peran penting sang menteri.
- Pencopotan Letjen Kunto Arief Wibowo dari jabatan strategis di TNI yang disebut-sebut memiliki komunikasi khusus dengan Presiden Jokowi, dinilai sebagai sinyal bahwa Prabowo tidak akan membiarkan “jalur bypass” kekuasaan dari Istana.
- Kasus ekspor CPO yang memeriksa Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, serta masalah distribusi gas elpiji 3 kg dan izin tambang nikel di Raja Ampat yang menyeret nama Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.
- Keputusan kontroversial penghapusan 4 pulau di Aceh oleh Kemendagri yang kini menjadi sorotan publik dan mengarah ke Tito Karnavian. Dalam isu ini, justru Prabowo tampil sebagai pihak yang menenangkan dan “menyelesaikan” masalah, menjadikannya tampak sebagai pahlawan nasional.
Menurut Gde Siriana, langkah-langkah ini merupakan bagian dari strategi “cold consolidation”—konsolidasi kekuasaan secara sistematis, diam, dan tanpa letupan politik besar.
“Prabowo tahu, reshuffle terbuka justru bisa memicu kegaduhan. Maka ia memilih jalan lain: menunggu lawan jatuh oleh bebannya sendiri,” jelasnya.
Prabowo juga dinilai sedang membalikkan peta kekuasaan nasional.
Jika selama ini ia dianggap berada di bayang-bayang Jokowi, kini perlahan-lahan ia mulai menjadi pengendali sesungguhnya.
Namun, Gde Siriana memperingatkan bahwa Jokowi juga bukan tokoh yang pasif.
Ia masih punya banyak cara untuk menahan laju konsolidasi Prabowo.
Jokowi disebut masih aktif “main belakang” dengan mengandalkan loyalis di kabinet, elite partai, dan birokrasi.
Selain itu, jaringan relawan, pengaruh di BIN, BUMN, serta kekuatan komunikasi publik yang dibangun selama dua periode kepemimpinan masih cukup kuat.
Bahkan, kehadiran Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka disebut-sebut sebagai bagian dari “check and balance” internal terhadap Prabowo.
“Kalau situasi memanas, jangan heran kalau nanti ada serangan balik, misalnya membuka kasus lama Prabowo atau lingkaran dekatnya. Ini permainan catur kekuasaan,” tegas Gde Siriana.
Masa transisi dari pemerintahan Jokowi ke Prabowo saat ini menjadi momen paling sensitif dalam politik nasional.
Masing-masing pihak berusaha mengamankan kepentingan, sambil tetap menunjukkan seolah-olah stabilitas nasional tidak terganggu.
Gde Siriana menilai, strategi “shadow purge” yang dilakukan Prabowo bisa efektif dalam jangka pendek.
Namun jika Jokowi memutuskan “membuka papan catur”, maka kontestasi politik Indonesia bisa kembali memanas, bahkan sebelum pelantikan Presiden baru pada Oktober 2024 mendatang.
Sumber: JakartaSatu
Artikel Terkait
HEBOH! Ada Bunker di Rumah Jokowi? Pernyataan Lawas Politisi PDIP Ini Kembali Guncang Jagat Medsos
Mau Negara Selamat, Gibran Harus Dimakzulkan!
The 5 Profitable Ventures to Start in 2025
Pemakzulan Gibran Belum Dibahas Parlemen, Surat Misterius Lain Diterima DPR