Panglima militer Israel menyarankan para menteri kabinet agar tidak memerintahkan Pasukan Pertahanan Israel untuk memperluas operasi di Jalur Gaza. Mereka berdalih bahwa hal tersebut dapat secara signifikan membahayakan nyawa para sandera yang masih ditahan di daerah kantong Palestina.
Kepala Staf Letjen Eyal Zamir dilaporkan menyampaikan komentar tersebut kepada para menteri pada Ahad malam selama diskusi mengenai upaya mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Jalur Gaza.
Dia juga menyatakan kekhawatirannya bahwa para sandera akan menjadi sasaran penyiksaan yang semakin intensif, kata media-media termasuk Channel 13, Channel 12, dan Haaretz. “Ada penganiayaan serius terhadap para sandera dan situasi mereka sangat buruk,” kata Zamir, menurut laporan tersebut, yang mengutip sumber yang mengetahui komentarnya.
Lima puluh sandera masih berada di Gaza, sekitar 20 diantaranya diperkirakan masih hidup. “Saya mendukung kekalahan Hamas,” kata Zamir, “Tetapi semakin kami memperdalam operasi ini, semakin kami membahayakan para sandera.”
Patut dicatat bahwa belakangan tentara Israel juga bertumbangan di Gaza. Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengungkapkan bahwa pada bulan Juni terjadi jumlah tertinggi tentara Israel yang terbunuh di Jalur Gaza sejak awal tahun, dengan 20 perwira dan tentara tewas. Media itu mencatat bahwa di antara korban tewas terdapat 15 orang yang tewas dalam pertempuran dengan perlawanan di kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan pada 24 Juni.
Pada Rabu, media Israel melaporkan "insiden keamanan yang parah" di Jalur Gaza, dengan satu tentara tewas dan lainnya terluka. Situs web Israel melaporkan bahwa seorang tentara dari unit Egoz tewas dalam insiden penembak jitu di Jalur Gaza.
Media Israel juga melaporkan bahwa empat tentara terluka parah ketika sebuah alat peledak meledak menargetkan sebuah tank di Jalur Gaza. TV Al-Aqsa mengutip sumber pers yang mengatakan bahwa tentara Israel telah mengevakuasi sejumlah tentaranya yang terluka menyusul insiden keamanan di timur Kota Gaza.
Berita tentang operasi perlawanan Palestina yang baru muncul ketika wilayah timur Kota Gaza, termasuk lingkungan Shujaiya dan Tuffah, menjadi sasaran pemboman besar-besaran dari udara dan artileri Israel.
Komentar Zamir dilaporkan mendapat kritik keras dari Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang sangat menentang kesepakatan dengan Hamas. “Anda dapat melakukan keduanya – mengalahkan Hamas dan mengembalikan para sandera,” bantah Smotrich dari sayap kanan. “Anda sedang menentukan keputusan bagi eselon politik.”
Pada hari Senin, Smotrich mengatakan “tidak ada bahaya yang lebih besar” bagi Israel selain menyerah pada seruan gencatan senjata untuk membebaskan para sandera. Dalam sambutannya kepada wartawan di Knesset, ia mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melanjutkan “perang yang tajam dan cepat yang akan menghancurkan musuh di Gaza dan menghilangkan ancaman yang ditimbulkannya terhadap Israel selama bertahun-tahun yang akan datang.”
Kritikus pemerintah mengatakan kampanye Israel di Gaza telah terhenti, dengan meningkatnya jumlah korban tewas baik di kalangan tentara dan warga sipil Palestina, namun hampir tidak ada keuntungan militer, dan berpendapat bahwa hanya sedikit keuntungan yang dapat diperoleh tanpa solusi diplomatik yang akan mengakhiri perang dan melemahkan apa yang tersisa dari Hamas.
Menanggapi laporan media, Forum Sandera dan Keluarga Hilang, organisasi utama yang mewakili para sandera dan keluarga mereka, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Zamir "mengibarkan bendera hitam di hadapan para pemimpin politik. Darah dan penderitaan para sandera menjerit dari tanah."
“Tidak ada menteri yang dapat mengklaim bahwa mereka tidak mengetahui dampak dari berlanjutnya pertempuran tanpa akhir dan sia-sia di Gaza,” katanya. “Para sandera berada dalam kondisi kritis – mereka berada dalam bahaya yang mengancam nyawa, dan mereka dalam bahaya hilang selamanya.
“Siapapun yang menolak untuk mengindahkan peringatan kepala staf berarti menambah penghinaan terhadap hal ini,” kata pernyataan itu.
Pertemuan pada Ahad berakhir tanpa keputusan, dan pertemuan kedua pada Senin sore juga gagal mencapai keputusan tentang bagaimana melanjutkannya. Menurut Channel 12, para menteri dihadapkan pada tiga pilihan: menaklukkan seluruh Gaza, mencapai gencatan senjata yang mengakhiri perang dan membebaskan para sandera, atau mendorong penduduk sipil ke Gaza selatan sambil menyerang pejuang Hamas yang tersisa di utara.
Pada pertemuan hari Senin, Channel 12 melaporkan bahwa para menteri mengeluh kepada Zamir bahwa dia telah meyakinkan mereka di masa lalu bahwa Israel dapat memindahkan banyak warga Palestina dari utara wilayah kantong tersebut ke selatan, kemudian menerapkan kondisi seperti pengepungan di utara bersama dengan kampanye militer yang cepat untuk mengalahkan pasukan Hamas di sana. Zamir menjawab bahwa bahaya yang ditimbulkan terhadap para sandera di wilayah tersebut memperumit masalah tersebut.
Sumber: republika
Foto: Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir Sumber : Israel Defense Forces (IDF)
Artikel Terkait
UPDATE! PSN di Era Jokowi Kini Sepi Bagai Kuburan, Daftar Terbaru Bandara Paling Sepi di Indonesia
Telah Lahir Anak Ketiga Ustaz Abdul Somad dari Istrinya Hafidzah Penghafal Al Qur’an, Ini Sosoknya
Rekam Jejak Slamet Soebijanto, Eks KSAL yang Ancam Duduki MPR Jika Pemakzulan Gibran Tak Diproses
Bikin Tekor Negara Rp 5,9 T tapi Hukuman Makin Ringan, Setnov Haha Hihi!