Ustadz Abu Datangi Jokowi: Ketulusan Ulama dan Liciknya Geng Solo

- Jumat, 03 Oktober 2025 | 07:30 WIB
Ustadz Abu Datangi Jokowi: Ketulusan Ulama dan Liciknya Geng Solo


Ustadz Abu Datangi Jokowi: 'Ketulusan Ulama dan Liciknya Geng Solo'


KABAR pertemuan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir (ABB) dengan Presiden Joko Widodo di kediaman Jokowi di Solo sontak menyita atensi publik. 


Sosok yang selama ini identik dengan militansi dakwah dan keluar-masuk penjara, mendatangi bekas penguasa zalim


Jokowi bahkan mencium tangan ABB, seolah ingin menunjukkan kedekatan dengan ulama sepuh itu.


ABB menjelaskan, dia hanya menunaikan kewajiban menasihati pemimpin agar kembali pada hukum Allah


“Orang Islam itu menasihati, rakyat, pemimpin, bahkan orang kafir. Saya hanya menyampaikan agar negeri ini kembali diatur dengan hukum Islam,” tegasnya. 


Pesan sederhana, namun sarat makna.


Masalahnya, pertemuan itu tidak berdiri dalam ruang hampa. Ia muncul di tengah rumor Jokowi ingin merapat ke kubu penentang ijazahnya. 


Bisik-bisik informasi yang beredar terbatas, ada orang yang dianggap merepresentasikan gerakan ini semula akan diajak bertemu. Namun dia menolak karena khawatir dicap pengkhianat. 


Maka, pertemuan ustaz Abu dengan Jokowi bisa saja dijadikan “bridging”—sebuah legitimasi simbolik. 


“Kalau ustaz ABB saja bertemu, kenapa saya tidak?” begitu kira-kira logika yang akan dipakai.


Di sinilah letak persoalannya. Sebab, dalam politik simbol lebih dahsyat ketimbang substansi. 


Sekalipun ABB menegaskan hanya memberi nasihat, framing yang dibangun Jokowi dan Geng Solo-nya adalah sebaliknya: Jokowi masih dihormati, bahkan oleh ulama garis keras sekalipun. 


Ini bisa dipakai menutup cacat legitimasi, sekaligus meredam oposisi.


ABB tentu tulus. Tapi politik tidak mengenal ketulusan. Ia hanya mengenal narasi, persepsi, dan kepentingan. 


Maka tak heran, aktivis Islam seperti Ahmad Khozinudin segera memberi tadzkirah atawa nasihat. 


Jangan biarkan pertemuan itu dijadikan alat legitimasi kekuasaan. Sebab, rakyat tahu siapa Jokowi. 


Dia adalah presiden dengan segudang catatan kelam: otoriter, bengis, doyan mengkriminalisasi ulama dan aktivis.


Halaman:

Komentar