Jonatan mengambil contoh dari negara-negara dengan kedalaman skuad tunggal putra seperti China dan Taiwan. Ia menjelaskan bahwa jumlah atlet di level teratas memberikan dampak psikologis yang signifikan bagi sebuah negara.
Perbandingan dengan Negara Lain dan Dampak Psikologis
"Kayak melihat China tuh dengan sekali bertanding bisa lima atlet, enam atlet, rasanya kayak 'wah gila banyak banget China ya', kayak melawan satu, yang lain sudah nungguin," tambahnya.
Jonatan menekankan bahwa dampak dari banyaknya pemain di level top membuat suatu negara memiliki kepercayaan diri bahwa mereka mempunyai atlet yang bisa berkompetisi di level tertinggi.
Kesiapan Bersaing di Kancah Asia dan Dunia
Jonatan Christie menyoroti bahwa nuansa persaingan di Asia terasa berbeda ketika suatu negara memiliki banyak pemain di turnamen elit. Hal ini berbeda dengan negara yang hanya mengandalkan satu atau dua bintang seperti Denmark dengan Viktor Axelsen dan Antonsen.
"Rasanya kayak ya sudah memang kita menjadi salah satu negara container yang bisa punya chance untuk ke depannya. Happy sih happy melihat Alwi dan Ubed," sambung Jonatan menutup pembicaraan.
Artikel Terkait
Messi Buka Suara Soal Status GOAT: Bagi Kami, Maradona yang Terhebat
Visa Atlet Israel untuk Kejuaraan Dunia 2025 Akhirnya Terungkap, Ini Hasil Kesepakatan NOC Indonesia dan IOC
Luciano Spalletti Resmi Latih Juventus, Kontrak 3 Tahun & Target Jelas!
MotoGP vs Superbike: Selisih 40 Km/Jam yang Buktikan Bumi dan Langit!