Bukan Hanya Urusan Kalah Mental, Refly Harun Kupas Tuntas Penyebab Gibran Tak Salami AHY!

- Selasa, 12 Agustus 2025 | 07:40 WIB
Bukan Hanya Urusan Kalah Mental, Refly Harun Kupas Tuntas Penyebab Gibran Tak Salami AHY!




PARADAPOS.COM - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, menilai persoalan mentalitas menjadi sebab utama yang membuat Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tidak mendekat dan bersalaman dengan sejumlan menteri koordinator saat acara di Lapangan Udara Suparlan, Pusdiklatpassus, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (10/8).


Diketahui tindakan Gibran yang melewati sejumlah menteri koordinator saat baru tiba di tempat Upacara Gelar Pasukan Operasional dan Kehormatan Militer tersebut menjadi sorotan.


Sebabnya, Gibran tidak menyalami mereka dan berlalu berjalan menuju ke kursi tempat ia duduk.


Gibran tampak hanya berjabat tangan dengan sejumlah pejabat, mulai dari Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin dan tiga kepala angkatan staf yang berada di sisi kanan Burhanuddin, yakni KSAU Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono, KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, dan KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali.


Sementara jajaran menteri dan menteri koordinator yang berada di sisi kiri Burhanuddin tidak disalami Gibran, di antaranya Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno.


Melalui unggahan video di YouTube Refly Harun dengan judul "Live! Ada Apa Gibran Tak Mau Salami AHY?", Reflu menganalisis mengapa Gibran tidak menyalami AHY dan sejumlah menteri koordinator lain.


"Kenapa Gibran tidak menyalami AHY, tidak menyalami Zulkifli Hasan, Pratikno, dan menteri-menteri senior, begini. Ini secara psikologis ya. Gibran ini hanya nyaman kalau berada di relawan Jokowi, di kolamnya sendiri," kata Refly, dikutip Selasa (12/8/2025).


"Secara mentalitas, ini, ini analisis saya, secara mentalitas, dia hanya nyaman berada di wilayahnya sendiri. Kalau misalnya dekat dengan relawan Jokowi, relawan bapaknya, dia akan nyaman," sambung Refly.


Tetapi secara mentalitas, Gibran dianggap tidak bisa melihat para menteri tersebut sebagai anak buah. 


Putra bungsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo itu justru melihat AHY dan menko lain sebagai senior.


"Ketika dia bertemu dengan Agus Harimurti Yudhoyono, tidak, dia tidak melihat bahwa AHY anak buah dia. Bertemu dengan Pratikno, bertemu dengan Zulkifli Hasan, dia tidak melihat mereka-mereka ini adalah anak buah wakil presiden," tutur Refly.


"Yang mereka lihat adalah mereka ini adalah orang yang lebih senior dari dia, lebih berpengalaman dari dia kalau untuk Pratikno, Zulkifli Hasan dan lain sebagainya," katanya menambahkan.


Padahal menurut Refly, antara Gibran dan AHY masih terbilang sama-sama muda, kendati perbedaan usia yang cukup berbeda. 


Kendati demikian, Refly merasa Gibran secara mentalitas kalah.


"Tapi untuk AHY, ini orang yang sesungguhnya sama-sama muda, sama-sama anak presiden, tapi dia jauh lebih hebat daripada gua. Semuanya, mulai dari fisiknya, wajahnya, kemudian otaknya, kemampuan berbahasa Inggrisnya, gesture-nya dan lain sebagainya," tutur Refly.


"Jadi, AHY orang yang mewarisi kepercayaan diri SBY, ya. Kemudian kalau Gibran orang yang memiliki ketidakpercayaan ayahnya juga," kata Refly.


Walupun apa yang dimiliki AHY belum tentu baik secara keseluruhan, tetapi Refly melihat bahwa soaok AHY lebih siap baik secara kemampuan maupun gaya dan pola komunikasi. 


Hal itu tidak terlepas dari peran SBY yang menjadi contoh bagi AHY.


Relfy merasa AHY memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk tampil baik di panggung berskala nasional maupun internasional. 


Kepercayaan diri AHY ditopang tidak hanya secara penampilan fisik, melainkan juga sisi intelektualitas


"Gibran tidak memiliki itu. Secara fisik berjalan pun dia tidak terlalu percaya diri. Secara intelektual dia tidak percaya diri juga. Jadi saudara sekalian, itu persoalannya makanya dalam acara yang seperti itu, ya dia merasa tidak nyaman sesungguhnya karena dia berhadapan dengan orang-orang yang jauh lebih senior," kata Refly.


Menurut Relfy, ada alasan mengapa kemudian Gibran hanya bersalaman dengan sejumlah pejabat, termasuk dengan Maruli. 


Menurut Refly, Gibran lebih nyaman dengan menantu Luhut Binsar Pandjaitan itu karena dirasa termasuk satu lingkaran.


"Saya ingin mengatakan bahwa Maruli adalah geng dia, AHY bukan. Tapi Zulkifl Hasan kan geng juga, iya tetapi beda, ini geng tetapi geng bapaknya, anaknya belum tentu bisa ngikutin karena mereka jauh lebih senior," kata Refly.


Sumber: Suara

Komentar