'Antara Overste Teddy dan Mayor Benny Moerdani'
Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba pangkat letnan kolonel menjadi demikian membahana hari-hari ini. Sejak Orde Baru, pangkat dalam TNI yang paling diimpikan oleh segenap anggotanya, terutama bagi lulusan Akmil, adalah perwira tinggi, setidaknya menjadi brigjen.
Rasa-rasanya tidak ada lulusan Akmil yang berangan-angan hanya sampai pangkat letkol, kecuali memang berniat pensiun dini, seperti AHY (lulusan terbaik Akmil 2000, pangkat terakhir mayor inf) dan M Iftitah Sulaiman (lulusan terbaik Akmil 1999, kini Menteri Transmigrasi, pangkat terakhir letkol kav).
Sungguh fenomena luar biasa, pangkat letkol hari ini tiba-tiba viral, mengalahkan lalu lintas pembahasan pangkat brigjen. Itu bisa terjadi karena sosok Letkol Inf Teddy Indra Wijaya (Akmil 2011), yang sedang menjadi sorotan, mengingat perjalanan kariernya yang begitu moncer.
Selain itu tampilan fisiknya juga sangat mendukung, lebih dekat pada sosok selebritis, ketimbang sosok militer yang biasa kita bayangkan.
Mendengar nama Letkol Teddy disebut-sebut, kita seperti deja vu. Sejak awal kemerdekaan, sampai akhir dekade 1950-an, pangkat letkol sudah termasuk senior, dengan posisi setara komandan brigade atau komandan resimen, sementara sekarang cukup sebagai danyon/dandim.
Sekadar perbandingan, dalam konteks zaman itu, AH Nasution selaku KSAD, baru saja menyandang pangkat bintang satu, dengan sebutan “jenderal mayor” (istilah brigjen belum lagi dikenal), mengikuti sistem kepangkatan militer Belanda.
Demikian juga dengan perwira berpangkat letkol, juga karena pengaruh tradisi militer Belanda (KNIL), dalam pembicaraan sehari-hari, menyebut letkol jarang sekali terjadi, lebih sering dengan sebutan overste.
Kita bisa mengingat, salah satu figur ikonik adalah Overste Ignatius Slamet Riyadi, yang namanya diabadikan sebagai nama jalan raya yang membelah Kota Solo.
Nama perwira berpangkat letkol kembali menjadi buah bibir, saat meletusnya pemberontakan “tipis-tipis” PRRI/Permesta, pada akhir dekade 1950-an.
Itu karena motor atau komandan pasukan pada masing-masing gerakan tersebut kebetulan berpangkat letkol, masing-masing adalah Letkol Vence Sumual (Permesta) dan Letkol Ahmad Husein (PRRI).
Pada pertengahan dasawarsa 1960-an sempat muncul sebentar seorang letkol pula, yaitu Letkol Untung, yang kemudian namanya tenggelam dalam lipatan sejarah.
Kedekatan dengan Presiden
Fenomena seperti Letkol Teddy Indra Wijaya (selanjutnya TIW), sebenarnya tidak baru-baru amat. Di masa lalu juga ada seorang perwira menengah yang begitu dekat dengan presiden, seperti yang dialami TIW sekarang, yaitu (dengan pangkat saat itu) Mayor Benny Moerdani, yang sangat “disayang” oleh Presiden Soekarno.
Begitu dekatnya Presiden Soekarno dengan Mayor Benny, Bung Karno sempat meminta Benny untuk menjadi pengawalnya, dengan cara menjadi salah satu Danyon pada Resimen Cakrabirawa (semacam Paspampres di masa Soekarno), namun entah kenapa, tawaran jabatan bergengsi untuk Benny tersebut, pada akhirnya tidak sempat terwujud.
Kedekatan Bung Karno dan Benny bermula pada Juni 1963, saat wajah Benny terpampang di hampir semua harian nasional, selepas Bung Karno menyematkan Bintang Sakti pada sebuah upacara di halaman Istana Merdeka, menyambut prajurit dan sukarelawan yang baru kembali dari Operasi Trikora.
Wajah Benny mengenakan baret merah (masih dengan badge model lama), telah masuk dalam memori publik, tentu dengan segala keterbatasan teknologi media, zaman yang belum lagi mengenal platform media digital.
Setelah upacara kebesaran militer di halaman Istana Merdeka itulah, sosok Benny menjadi “viral”, dan untuk selanjutnya masuk dalam ring satu Bung Karno.
Salah satu penanda kuatnya hubungan Bung Karno dan Benny, adalah ketika resepsi pernikahannya (1964) diselenggarakan di Istana Bogor, sebuah privilese yang langsung diberikan Bung Karno, sungguh keistimewaan bagi seorang perwira menengah seperti Benny.
Demikian juga dengan Prabowo, sebelum muncul nama TIW, ada nama perwira muda lain yang diketahui sangat dekat dengan Prabowo, baik dalam kedinasan (Kopassus) maupun secara pribadi.
Artikel Terkait
Badan Gizi Nasional Laporkan Mobil Palsu SPPG Angkut Babi ke Polisi
Utang Jokowi Tembus Rp 9.138 Triliun, Purbaya Buka Kotak Pandora Ekonomi
Onadio Leonardo Ditangkap Polisi: Kronologi, Barang Bukti, dan Pemasok Narkoba
Modus Baru Pencurian Motor di Sekolah: Pura-pura Tanya Guru di SDN Lebak