Dari Banser ke Menteri Agama: Yaqut dan Luka Umat Islam – “Adzan Lebih Indah dari Gonggongan Anjing”
Yaqut Cholil Qoumas, tokoh Nahdlatul Ulama yang menanjak melalui jalur GP Ansor dan Banser, kemudian dipercaya Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Agama.
Di dua posisi strategis ini, Yaqut menampilkan gaya kepemimpinan yang tegas, keras, dan penuh retorika konfrontatif.
Namun, alih-alih memperkuat ukhuwah Islamiyah, banyak langkahnya justru dianggap merugikan Islam dan memperdalam polarisasi di tubuh umat.
Banser di Bawah Yaqut: Pengawal Toleransi atau Mesin Konfrontasi?
Sebagai Ketua GP Ansor sekaligus panglima Banser, Yaqut mengarahkan organisasinya menjadi “penjaga NKRI” dari ancaman ideologi transnasional.
Namun, pendekatan yang ditempuh kerap menimbulkan gesekan keras dengan kelompok Islam lain.
Banser tercatat beberapa kali membubarkan pengajian atau tabligh akbar dari kelompok yang dianggap berseberangan dengan NU.
Retorika keras yang dilontarkan Yaqut menegaskan garis pemisah antara NU dan kelompok lain, terutama HTI dan FPI.
Kritiknya: Banser di bawah Yaqut lebih sering diposisikan sebagai alat perlawanan terhadap sesama Muslim, ketimbang menjadi penengah yang merangkul semua pihak.
Konsekuensinya jelas: umat Islam makin terbelah. Persatuan yang seharusnya menjadi fondasi kekuatan umat justru dikikis oleh konflik horizontal yang dipelihara dengan nama “toleransi”.
Menjadi Menteri Agama: Hadiah NU, Beban Umat
Ketika dilantik sebagai Menteri Agama pada akhir 2020, Yaqut langsung membuat pernyataan kontroversial: “Kementerian Agama adalah hadiah negara untuk NU.”
Kalimat ini bukan hanya menyakiti kelompok di luar NU, tapi juga mereduksi makna Kemenag sebagai institusi milik bangsa.
Alih-alih hadir untuk semua umat, Yaqut menegaskan warna partisan yang memicu kekecewaan luas.
Kebijakan berikutnya semakin memperburuk citra tersebut. Program moderasi beragama yang digagasnya dinilai timpang.
Umat Islam seakan menjadi target utama “penjinakan”, sementara kelompok agama lain diperlakukan lebih lunak.
Kontroversi Adzan: Luka di Simbol Suci
Puncak kemarahan umat Islam terjadi saat Yaqut membandingkan suara azan dengan gonggongan anjing.
Meskipun ia berkilah bahwa maksudnya adalah persoalan volume pengeras suara masjid, publik sudah terlanjur tersakiti.
Azan adalah panggilan suci, syiar Islam yang tidak hanya mengingatkan waktu shalat, tetapi juga menjadi identitas keimanan yang melekat di ruang publik.
Menyamakan azan dengan suara binatang najis seperti anjing dianggap bukan sekadar salah ucap, melainkan penghinaan terang-terangan terhadap simbol paling sakral dalam Islam.
Di titik inilah, Yaqut dicap tidak peka terhadap sensitivitas umat.
Seorang Menteri Agama seharusnya menjadi teladan dalam merawat kehormatan simbol-simbol agama, bukan menyinggungnya dengan perbandingan yang melecehkan.
Haji, Umrah, dan Administrasi yang Membebani
Sebagai Menag, Yaqut juga tidak lepas dari kritik dalam urusan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.
Biaya yang terus meningkat, layanan yang sering dikeluhkan, serta ketidakjelasan transparansi dana membuat umat merasa semakin terbebani.
Di saat yang sama, Yaqut dinilai lebih banyak mengurus citra politik ketimbang fokus memperbaiki tata kelola pelayanan ibadah.
Dari Banser hingga Kemenag: Jejak Polarisasi
Garis merah yang bisa ditarik dari perjalanan Yaqut adalah pola kepemimpinan yang konfrontatif dan partisan.
Sebagai ketua Banser, ia dikenal keras terhadap kelompok Islam lain. Sebagai Menteri Agama, ia membawa gaya yang sama ke institusi negara.
Dampaknya, Islam sebagai agama mayoritas justru merasa terpinggirkan, sementara sekat-sekat perbedaan semakin tebal.
Jika seorang Menteri Agama seharusnya menjadi jembatan ukhuwah dan pengayom seluruh umat, maka Yaqut justru menorehkan kesan sebaliknya.
Ia tampil lebih sebagai komandan ormas yang membawa kepentingan kelompok, bukan negarawan yang mengayomi semua.
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Kepergok Masuk Kamar Pacar lewat Jendela untuk Bercocok Tanam, Remaja di Serang Ditangkap
Wakil Ketua DPR: Gaji Tidak Naik, Hanya Tunjangan yang Bertambah
Miris! Anggota DPR RI Dapat Bonus Puluhan Juta, Rakyat Dicekik Kenaikan Pajak
Viral Kata-kata Keponakan Prabowo: Jangan Cuma Ngomel karena Nggak Dapat Kerjaan, Jadilah Pengusaha