Suara pesawat tempur dan bom di langit malam kembali membangkitkan trauma lama. Khadija Al Husni, ibu tiga anak yang mengungsi di sekolah kamp pengungsi Shati, mengungkapkan kepanikannya.
"Ini kejahatan. Entah ada gencatan senjata atau perang, tidak mungkin keduanya. Anak-anak tidak bisa tidur. Mereka mengira perang sudah berakhir," kata Khadija kepada Al Jazeera, Kamis (30/10/2025).
Krisis Kemanusiaan yang Semakin Parah
Serangan terbaru memperburuk kondisi kemanusiaan di Gaza. Ribuan keluarga masih tinggal di kamp pengungsian dengan pasokan air bersih dan makanan yang minim. Rumah sakit kewalahan menampung korban luka, sementara listrik hanya menyala beberapa jam sehari.
Dampak Psikologis pada Anak-Anak Gaza
Para psikolog di Gaza memperingatkan bahwa serangan berulang dapat menimbulkan trauma kolektif yang mendalam, terutama pada anak-anak. Banyak di antara mereka mengalami gangguan tidur, mimpi buruk, dan ketakutan berkepanjangan.
Dengan gencatan senjata yang terus dilanggar, warga Gaza kini kehilangan harapan akan perdamaian yang abadi. Setiap serangan baru hanya memperdalam luka lama yang belum sempat sembuh.
Artikel Terkait
Timnas Indonesia U-17 Siap Hadapi Piala Dunia 2025 Usai Tiga Laga Uji Coba, Kata Nova Arianto
Tantangan & Solusi Proyek Terowongan Bawah Tanah Indonesia: SDM hingga Teknis
Ranking Liga Indonesia Naik ke Peringkat 10 Asia Timur, Ini Penyebabnya
Hutama Karya Bangun Jalan Kawasan Yudikatif IKN 6,4 Km, Target Selesai 2027