"Saya mesti cerita sedikit pengalaman kenapa Pak Bambang Kesowo nulis (buku) sebegini tebelnya. Karena ketika saya ditugasi ke BRIN ini, terus saya punya researcher itu 8.144, wah saya pusing kepala. Kan ini pasti orang pintar semua ini.
Wah tapi saya tidak mau kalah. Saya suruh Pak Handoko, saya suruh ditesting dengan Ilmu psikologi.Jadi IQ-nya sama EQ-nya Intelligence Quotient sama Emosional Quotient. Supaya apa? Ini benar pintar atau ngerepek ini," kata Mega.
Mega mengaku pusing mengurusi orang pintar di lingkungannya.
Mega juga mengaku bingung karena harus membuat tesis sampai bertanya dan meminta pendapat.
"Nah dengan demikian. Nah ini Kan saya pusing ya ngurusi orang pintar-pintar ya. Terus waktu saya pertama kali ketemu, pasti kan pikiran orang pintar itu kan wah suka menuju kemana. Kadang melayang-layang.
Jadi Saya juga mesti memperkenalkan dong, saya sendiri juga bingung sebetulnya. Kenapa, loh tapi saya punya bukti. Jadi kata orang Profesor saya 3, lalu Doktor Honoris Clausa saya 11, masih nunggu lagi 4, makanya saya bilang loh, saya kok bingung lah kok saya profesor aja 3," ucapnya.
"Lah tapi bingungnya saya kan, apa itu namanya, mesti tesis lah, mesti apa segala ya. Nah saya jadi banyak tanya dulu dong sama orang pintar-pintar.
Saya terima apa tidak, Oh itu penghormatan Bu, Apalagi kalau dari luar. Oh gitu toh, Itu sudah lebih katanya sama orang yang sekolah membuat untuk disertasi. Oh gitu ya, Ya saya terima saja," imbuhnya.
👇👇
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Jokowi Pilih Forum Bloomberg, Abaikan Sidang Ijazah Palsu: Analisis Dampak Politik
Analisis Posisi Jokowi Pasca Lengser: Prabowo Subianto Kuasai Panggung Politik
Tony Rosyid: Tuntut Pertanggungjawaban Jokowi 10 Tahun Memimpin Itu Wajar
Victor Rachmat Hartono Dicegah ke LN: Kasus Pajak PT Djarum yang Menggegerkan