4 Negara Terancam Bangkrut Terjebak Utang China, Terparah Sampai Menyerahkan Pelabuhan!

- Senin, 02 Juni 2025 | 13:40 WIB
4 Negara Terancam Bangkrut Terjebak Utang China, Terparah Sampai Menyerahkan Pelabuhan!




PARADAPOS.COM - Beberapa negara di dunia kini menghadapi krisis ekonomi serius akibat beban utang yang besar kepada China. 


Utang yang tidak terkendali ini menyebabkan beberapa negara bahkan harus menyerahkan aset strategis mereka sebagai bentuk pembayaran, hingga berujung pada kebangkrutan ekonomi. 


Mengutip dari sejumlah sumber, berikut empat negara yang mengalami dampak paling parah.


Pertama, Sri Lanka menjadi contoh paling nyata dari jebakan utang China. 


Negara ini gagal membayar utang pembangunan Pelabuhan Hambantota senilai USD 361 juta. 


Akibatnya, Sri Lanka menyerahkan pengelolaan pelabuhan tersebut kepada China selama 99 tahun. 


Total utang Sri Lanka kepada China mencapai sekitar USD 8 miliar, hampir 94 persen dari produk domestik bruto (PDB) negara tersebut. 


Beban utang ini memicu krisis ekonomi dan politik yang mendalam.


Kedua, Laos juga menghadapi krisis ekonomi akibat ketergantungan besar pada utang China. 


Utang publik Laos diperkirakan mencapai 122 persen dari PDB. 


Utang ini digunakan untuk proyek infrastruktur besar seperti jalur kereta api dan bendungan pembangkit listrik tenaga air. 


Kondisi ini menyebabkan habisnya cadangan devisa dan depresiasi mata uang yang tajam, memperburuk situasi ekonomi negara tersebut.


Ketiga, Uganda mengalami gagal bayar utang senilai USD200 juta kepada China. 


Utang ini dijaminkan dengan aset strategis seperti Bandara Internasional Entebbe. Jika gagal membayar, Uganda berisiko kehilangan aset penting tersebut. 


Upaya perundingan ulang dengan China pun dinilai sulit dilakukan, sehingga tekanan ekonomi terus meningkat.


Keempat, Kenya menghadapi risiko kehilangan aset vital seperti Pelabuhan Mombasa akibat gagal membayar utang sebesar US$ 3,6 miliar. Utang ini digunakan untuk pembangunan proyek kereta api Mombasa-Nairobi. 


Ketidakpastian ekonomi akibat utang ini menimbulkan kekhawatiran serius bagi pemerintah dan masyarakat Kenya.


Selain keempat negara tersebut, beberapa negara lain seperti Maladewa, Pakistan, Venezuela, Zimbabwe, dan Nigeria juga mengalami tekanan ekonomi akibat utang besar kepada China. 


Maladewa, misalnya, kesulitan membayar utang antara USD 1,1 hingga USD 1,4 miliar, yang digunakan untuk proyek infrastruktur seperti jembatan dan bandara, sehingga China mengambil alih beberapa aset strategis.


Di Pakistan, utang besar untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Karot dan China-Pakistan Economic Corridor (CPEC) menimbulkan risiko kebangkrutan ekonomi. 


Suku bunga tinggi dan beban utang yang besar membuat keberlanjutan pembayaran utang menjadi masalah serius.


Venezuela yang sedang mengalami krisis ekonomi diperparah oleh utang besar kepada China. 


Penurunan harga minyak dan manajemen ekonomi yang buruk membuat negara ini sulit membayar utang sehingga memperburuk kondisi ekonomi.


Secara umum, utang besar kepada China ini berpotensi menyebabkan negara-negara tersebut kehilangan kedaulatan ekonomi dan aset strategis. 


China menggunakan leverage utang ini dalam proyek-proyek infrastruktur besar di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI), yang kini menjadi perhatian global.


Kondisi ini menjadi peringatan bagi negara-negara berkembang agar berhati-hati dalam mengelola utang luar negeri, terutama yang berasal dari China, agar tidak terjebak dalam krisis ekonomi yang sulit.


Sumber: SindoNews

Komentar