Ketika Tentara Sudah Turun Gunung, Sebaiknya Gibran Segera Mengundurkan Diri!
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Di negeri ini, sejarah kekuasaan tidak pernah hanya ditulis oleh tinta birokrasi atau getar suara rakyat.
Ada babak-babak penting yang justru ditentukan oleh mereka yang berbaju loreng—para tentara. Mereka yang diam, tetapi tegas.
Mereka yang tak banyak bicara, tapi ketika bergerak, berarti segalanya telah melewati titik balik: the point of no return.
Kita tahu, jatuhnya Bung Karno pada 1965 bukan semata karena gerakan mahasiswa.
Ada Angkatan Darat yang dengan sistematis dan penuh strategi mengambil alih posisi kepemimpinan nasional.
Jenderal Soeharto bukan hanya menghentikan pengaruh PKI, tapi sekaligus mengambil alih kendali negara, dengan landasan legal dan narasi penyelamatan bangsa.
Begitu pula Soeharto pada 1998. Demonstrasi mahasiswa memang dahsyat, bahkan ada yang gugur di medan demonstrasi.
Tapi sejarah akan mencatat: Soeharto baru benar-benar tumbang ketika para jenderalnya—Wiranto, Prabowo, dan lainnya—berdiri tak lagi di belakangnya.
Saat tentara bersikap ambigu, itulah isyarat kuat bahwa kekuasaan berada di ujung tanduk. Maka keesokan harinya, Soeharto pun meletakkan jabatan.
Namun semua itu tidak terjadi dalam era Susilo Bambang Yudhoyono maupun Joko Widodo.
Meski unjuk rasa meledak di berbagai kota, bahkan sering berlangsung berbulan-bulan, tak satu pun yang menggoyahkan kekuasaan.
Sebab, satu elemen penting tidak hadir dalam gerakan rakyat tersebut: restu dari kekuatan bersenjata.
SBY aman karena ia sendiri bagian dari militer. Jokowi bertahan karena ia menguasai dan menjinakkan institusi militer melalui berbagai pendekatan politis, penempatan loyalis, serta pemberian ruang kepada perwira aktif dan purnawirawan untuk berada dalam lingkar kekuasaan.
Selama barak-barak tentara tetap diam, maka tidak ada ancaman nyata terhadap kekuasaan. Tetapi kini angin berubah.
Artikel Terkait
Fakta Gadai Mobil Pajero untuk Selamatkan Bilqis dari Suku Anak Dalam
Menteri Keuangan Purbaya Ungkap Modus Pencatutan Harga Impor: Barang Rp 45 Juta Dicatat Cuma Rp100 Ribu
Oknum Brimob Aniaya Mantan Pacar di Binjai: Kronologi & Proses Hukum Terbaru
Wamenag Zainut Tauhid Saadi Minta Gus Elham Hentikan Aksi Cium Anak Perempuan yang Viral