Di tengah hebohnya kasus OTT Immanuel Ebenezer, Gubernur Jawa Barat Dedi
Mulyadi justru mengeluarkan pernyataan tajam yang menyamakan masyarakat
dengan politisi korup.
Saat itu, politisi yang akrab disapa Kang Dedi ini sedang menghadiri seminar
dan expo Hilirisasi Agroforestri Berbasis Sukun yang dilaksanakan di Bale
Sawala, Universitas Padjajaran, Sumedang.
Saat mengisi seminar, Dedi Mulyadi secara blak-blakan menyebut bahwa sifat
serakah dan koruptif tidak hanya melekat pada para politisi, tetapi juga
dimiliki oleh rakyat biasa.
Menurut Dedi Mulyadi, sekarang ini rakyat juga memiliki sifat buas dan
serakah yang sama dengan politisi, tetapi hanya berbeda tingkat
kekuasaannya.
"Rakyat ini sama dengan kita, sama buasnya, sama serakahnya cuma beda
tingkatan kekuasaannya," kata Dedi Mulyadi dilansir dari unggahan Instagram
@pembasmi.kehaluan.reall pada Sabtu 23 Agustus 2025.
Dedi Mulyadi mengatakan pandangannya ini bukan sekadar asumsi, melainkan
kesimpulan yang ditarik dari pengalamannya berinteraksi langsung dengan
masyarakat di berbagai lapisan.
Lelaki 54 tahun ini mengklaim sangat memahami karakter rakyat karena telah
hidup dan mengabdi di tengah-tengah mereka selama bertahun-tahun.
"Karena, saya hidup dengan mereka. Saya tahu karakter mereka," ujar Dedi
Mulyadi.
Kang Dedi lantas menceritakan beberapa contoh konkret yang pernah ditemuinya
di lapangan.
Salah satu contoh yang paling menohok adalah tentang penyalahgunaan
fasilitas yang diberikan pemerintah secara gratis.
Dia mengamati adanya kecenderungan rakyat untuk mengambil lebih dari hak
yang seharusnya diterima.
"Ketika dikasih lapak satu, mereka ngambil lima," ucapnya.
Tak hanya itu, Dedi Mulyadi juga membeberkan pengalaman lain ketika mencoba
menata pasar.
Niat baik pemerintah untuk memberikan tempat berdagang yang layak dan gratis
justru dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi oleh oknum masyarakat.
Alih-alih digunakan sendiri, fasilitas tersebut malah disewakan kembali
kepada pihak lain.
"Saya pernah kasih pasar gratis, pasar yang dia punya disewakan. Terus dia
dagang di trotoar," imbuhnya.
Dari serangkaian pengalamannya itulah, Dedi Mulyadi menyimpulkan bahwa
bibit-bibit korupsi dan nepotisme sesungguhnya tertanam di berbagai elemen
masyarakat, bukan hanya di lingkungan elite politik.
Kang Dedi melihatnya sebagai cerminan kultur yang perlu diperbaiki secara
bersama-sama, dari atas hingga ke bawah.
"Jadi, sifat korupsi, sifat nepotisme tidak hanya milik politisi kayak Dedi
Mulyadi tapi rakyat juga mmemilikinya," ujar Dedi Mulyadi.
Pernyataan Dedi Mulyadi ini lantas menuai beragam komentar warganet, ada
yang sepakat dengannya dan ada pula yang memiliki pandangan lain.
"Gimana ya pak, mungkin (tidak membenarkan) mereka gitu karena keadaan.
Tidak difasilitasi, enggak punya kesempatan, enggak disejahterakan. Coba
mulai dulu dari kalian yang gampang berubah. Kalian sesulit apa sih sampai
harus korupsi?" kata @dewdew***.
"Gini amat punya pejabat," ujar @rmdhn***.
"Aku sependapat dengan bapak, enggak usah jauh-jauh pak. Saudara sendiri aja
serakah, apalagi sama warisan," komentar @rajum***.
"Bener, beda porsinya aja, Semua tentang kesempatan," imbuh @miss***.
Sumber:
suara
Foto: Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (Instagram)
Artikel Terkait
Fantastis! Kekayaan Ahmad Sahroni, Politisi Tajir Nasdem Sebut Seruan Bubarkan DPR Ide Tolol Sedunia
Prabowo Mendadak Unggah Foto Mendiang Tien Soeharto, Ada Apa?
Ekonom Beri Rapor Merah Sri Mulyani: Gagal Kontrol Anggaran, Lebih Bela Kreditor Dibanding Rakyat!
Negara Terkaya di Dunia Ini Bangkrut Gara-Gara Pejabat Serakah