KISAH Tragis Seorang Wamen: Dulu Usir Ibunya, Sekarang Masuk Penjara!

- Kamis, 28 Agustus 2025 | 02:00 WIB
KISAH Tragis Seorang Wamen: Dulu Usir Ibunya, Sekarang Masuk Penjara!


KISAH Tragis Seorang Wamen: Dulu Usir Ibunya, Sekarang Masuk Penjara!


"Jadi gini

Ini cerita para tetangga

Jadi beneran dulunya dia tuh ojol


Idupnya biasa2 aja kalo gak tega bilang susah

Tiba2 jadi wamen langsung merasa seperti org paling penting di dunia

Bbrp mobil memang sering diparkir dkt rumahnya

Tp yg biru gak pernah


Pas kemarin dicokok, tetangga pada nyukurin: rasain itu ganjaran karena kurang ajar mengusir ibu sendiri dr rumahnya


Rupanya itu rumah ibunya, tp bbrp thn yg lalu gak tau masalah apa, dia lempar tas ibunya ke luar rumah dan usir ibunya


Ibu hanya bs menangis dan pergi 😢😢😢


— kisah malinkundang yg gak jadi batu tapi dalam penjara"


(@Gank_Of_Petojo)


👇👇



Noel dari Bocah Kali ke Jeruji Pemberantas Korupsi




Lahir di Riau, tapi Immanuel Ebenezer Gerungan alias Noel menghabiskan sepanjang masa kecil hingga dewasa di perumahan Taman Manggis Permai, Cilodong, Depok, Jawa Barat.


“Sering dia kecil itu kan main di kali (sungai) itu, kali dekat rumah orang tuanya yang depan musala itu,” ungkap John, bukan nama sebenarnya, salah seorang tetangga Noel.


Rumah yang kini bercat ungu itu tampak sepi dari luar ketika detikX mengunjunginya pada 22 Agustus 2025, dua hari setelah Noel terkena operasi tangkap tangan KPK.


Sekitar 500 meter dari rumah tersebut, di blok yang berbeda, rumah kedua Noel tempat keluarganya bernaung juga tak terlihat satu pun orang. Hanya ada anjing dan burung lovebird di kandang samping rumahnya.


Tampak juga beberapa sepeda dan terparkir satu mobil KIA silver berpelat B-1733-EMT. Berdasarkan penelusuran detikX, mobil tersebut telah menunggak pajak. Jatuh temponya tercatat pada 26 Maret 2024.


“Rumah kedua itu kalau nggak salah dibeli saat Noel jadi relawan Pak Jokowi,” tutur John. Menurutnya, rumah itu tampak jarang dipakai sebagai rumah kegiatan utama keluarga Noel. Sebab, John tak pernah melihat keluarga Noel menampakkan diri.


Dulu, sebelum menjadi Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Noel kerap bermain catur dengan beberapa warga. Selain itu, ia kerap menghabiskan waktu dengan bercengkerama di depan rumah.


“Ya mungkin ya, kalau dia berkepentingan, ya baru ngobrol. Kalau nggak, ya paling ya dengan teman-teman catur ya paling itu-itu aja,” katanya.


Pernah suatu waktu, ketika masih menjadi relawan, Noel membawa puluhan orang ke rumahnya yang merupakan para relawan Jokowi. Hal tersebut, menurut John, bukan hal yang tepat karena belum memberikan pemberitahuan kepada warga.


“Cuma ya kadang-kadang, kalau bikin acara, itu kadang-kadang sering nggak koordinasi dengan lingkungan. Itu aja,” ucap John kepada detikX.


Ada masa beberapa tahun silam ketika perayaan 17 Agustus di lingkungan RT-nya, Noel menyumbang beberapa kaus untuk memeriahkan acara. Selain itu, pada masa pandemi COVID-19, Noel juga pernah membagikan sembako untuk beberapa tetangganya. Selebihnya, John menyebut Noel memang tidak pernah mengadakan acara yang melibatkan warga sekitar.


Terutama kala diangkat menjadi Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Noel semakin jarang terlihat. John dan tetangga lainnya, Srini—bukan nama sebenarnya—mengaku hanya melihat mobil mewah yang berganti-ganti ditumpangi Noel. Mereka tak mengetahui siapa pemilik asli mobil-mobil tersebut.


Keduanya mengaku kaget ketika mendengar berita Noel menjadi tersangka korupsi. Mereka mengetahuinya dari media online pada Kamis pagi, ketika mulai banyak wartawan mengunjungi kediaman Noel.


Dari Aktivis Jadi Tersangka Korupsi


Siapa sangka Noel, yang tertangkap operasi tangkap tangan KPK, dulu merupakan aktivis militan. Setidaknya itulah yang diingat oleh Mohamad Syafi' Alielha, atau akrab disapa Savic Ali, aktivis ‘98 yang tergabung dalam Forum Kota (Forkot).


Noel, kata Savic, bergabung dalam kegiatan Forkot melalui aliansi pelajar untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi memprotes rezim Soeharto.


Menurut Savic, Noel dulu sosok yang menonjol karena pintar menggerakkan massa. Namun, bisa dikatakan, Noel bukan kutu buku maupun orang yang ahli berdiskusi.


“Kan ya kelihatan siapa yang mikir, pintar, baca buku masih inilah pokoknya. Ya dia (Noel) itu punya militansi. Kalau soal militan, dia militan. Keras gitu ya. Ya, suka militan, tapi ya semrawut ngono,” beber Savic kepada detikX ketika ditemui di kediamannya.


Selebihnya, setelah periode aktivisme kala itu, Savic hanya mengamati kiprah Noel tanpa melanjutkan temu-temu mereka. Ketika Noel masuk dunia politik, yakni bergabung menjadi ketua umum relawan yang menamakan diri Basuki Tjahaja Purnama Mania (Batman) dalam Pilgub DKI Jakarta 2017, Savic tidak heran.


Noel dengan kemampuannya mengorganisasi massa dan punya jiwa kerakyatan disebut cocok dengan politik praktis semacam itu. Pada 2019, Noel melanjutkan jejaknya tersebut dengan menjadi Ketua Umum Relawan Jokowi Mania (JoMan). Ia dikenal sebagai pendukung militan pasangan Joko Widodo–Ma’ruf Amin, terutama pada Pilpres 2019.


Namun, bagi Savic, yang mengherankan justru ketika pada Pemilu 2024, Noel justru berbalik mendukung Prabowo.




“Itu yang mengejutkan. Sebelum itu, ya maksudnya secara posisi politik ideologis, nggak ada masalah di luar urusan kesemrawutan yang ini-ini ya. Nggak ada masalah kan positioning-nya dalam kacamata milenial. Justru baru ketika ke Prabowo (ada masalah),” jelas Savic.


Namun, lanjut Savic, sebenarnya hal tersebut bukan hal baru dalam dunia aktivisme, ketika para mantan aktivis tersebut memilih jalan realistis meski harus melangkahi ideologi mereka sebelumnya.


Alhasil, ketika mendengar kabar Noel ditetapkan menjadi tersangka korupsi, Savic tidak terkejut.


“OTT nggak sepenuhnya kaget karena melihat dia tuh ya semrawut gitu, gaya-gaya setengah berangasan, setengah preman istilahnya ya. Orang kayak bawaannya ngeyelan, gampang sama orang, ibaratnya bawaannya ribut gitu istilahnya. Aku yang kaget memang itu semua yang di situ (harta yang disita KPK), punyanya Noel gitu ya kaget. Sekaya itukah dia, gitu kan,” tutur Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut.


Serupa dengan Savic, Akhmad Gojali Harahap, Sekjen DPP Prabowo Mania 08, juga terkoneksi dengan Noel semasa mahasiswa ketika unjuk rasa dan kegiatan aktivisme lainnya.


Selang beberapa tahun tak berkontak setelahnya, menjelang Pemilu 2019 Gojali mengaku diajak Noel bergabung menjadi relawan Jokowi Mania.


“Yang mengajak saya ke Joman itu Noel, memang Noel. Itu lama dia, ada mungkin sekitar 2 tahun, merayu saya,” jelas Gojali. Ia mengenang kawan seperjuangannya itu sebagai orang yang tak pantang menyerah dan siap bertarung kapan pun.


Kini ia prihatin mendengar kabar terjeratnya Noel dalam kasus korupsi. Prabowo Mania 08, katanya, kini tengah menyiapkan sejumlah pengacara untuk membantu proses hukum rekannya tersebut.


Pegiat media sosial Yuari Prayanto, yang dikenal sebagai Masdjopray, juga sepakat dengan kegigihan Noel sebagai petarung. Ia pernah menjadi rekan seperjuangan Noel bersama Adian Napitupulu saat mendukung Joko Widodo.


“Yang saya ingat memang dia petarung kalau lagi debat gitu. Meskipun kadang-kadang datanya ya sumir gitu. Tapi dia petarung. Dia kalau taruh depan untuk depan-depan berangkat dia. Gitu, ciri khasnya itu,” ucap Masdjopray kepada detikX.


Tak hanya menjadi aktivis, Noel menyebut dirinya sendiri pernah melakoni profesi ojek online pada 2016. Ia menjaminkan surat menikah dan ijazah milik anaknya. Hal itu pernah didengar sendiri oleh Masdjopray.


“Saya dulu biasa main di Tanjung Barat. Tapi, kalau mau gacor, saya main ke tengah, ke Grand Indonesia. Jadi, kalau ada teman-teman ojol ordernya sedikit, berarti mereka mainnya bukan di titik gacor,” kata Noel ketika berdialog dengan sejumlah pengemudi ojol di kantor Grab, Jumat (8/11/2024).


Nasib Noel berubah sejak menjadi relawan dalam dunia politik. Pada 2021, ia diangkat menjadi komisaris utama di PT Mega Eltra, anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero), sebagai ganjarannya karena mendukung Joko Widodo pada Pemilu 2019.


Dikutip dari laman Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Noel memiliki harta sebanyak Rp 2.960.334.005 tertanggal 24 Maret 2021 menjelang menjadi komisaris tersebut. Sayangnya, jabatan itu tak bertahan lama kurang dari setahun.


Noel juga pernah menjajal berlaga dalam Pemilu Legislatif 2024 sebagai caleg Partai Gerindra. Ia mengantongi 27.785 suara, akan tetapi belum berhasil lolos ke DPR RI.


Setelah gagal ke Senayan pada tahun tersebut, Noel justru diangkat sebagai Wakil Menteri Ketenagakerjaan oleh Presiden Prabowo Subianto pada reshuffle kabinet Oktober 2024, meski sebelumnya dikenal sebagai relawan Jokowi yang beralih mendukung Prabowo.


Pada 17 Januari 2025, laporan harta Noel meningkat drastis menjadi Rp 17.620.260.877. Tercatat empat tanah dan bangunan yang ia miliki di Kota Depok, dan satu tanah seluas 3.090 meter persegi di Kota Bogor.


Sayangnya, setelah sekitar 10 bulan menjabat wamenaker, pada 22 Agustus 2025, Noel malah dipecat oleh Presiden Prabowo dari jabatannya karena tersandung dugaan penerimaan suap dalam proyek pengadaan barang dan jasa di kementerian. Padahal baru beberapa bulan lalu, ia juga diangkat menjadi komisaris di PT Pupuk Indonesia (Persero).


Ia ditangkap di rumahnya kala tengah malam dan sedang terlelap. KPK mengungkap Noel menerima suap sebesar Rp 3 miliar serta sebuah sepeda motor Ducati terkait tindak pidana yang dilakukannya. Ia diduga melakukan pemerasan dalam proses penerbitan sertifikat keselamatan dan kesehatan kerja (K3), di mana buruh yang seharusnya membayar biaya resmi Rp 275 ribu dipungut biaya hingga Rp 6 juta.


Dalam konferensi pers terkait kasus korupsinya di gedung KPK, Noel berharap mendapat pengampunan dan amnesti atas kasus yang menimpanya.


"Semoga Pak Prabowo memberi saya amnesti," kata Noel di gedung KPK, Kuningan, Jakarta, pada Jumat, 22 Agustus 2025.


Sumber: DetikX

Komentar