Kejadian Aneh saat Serbuan PKI ke Pesantren di Rembang, Pemberontak Komunis Lumpuh Disabet Rotan

- Kamis, 02 Oktober 2025 | 06:55 WIB
Kejadian Aneh saat Serbuan PKI ke Pesantren di Rembang, Pemberontak Komunis Lumpuh Disabet Rotan


PARADAPOS.COM -
Sejumlah fenomena aneh terjadi saat memberantas dan menumpas gerakan 30 September 1965 atau G30SPKI. Salah satunya saat gerombolan komunis menyerang Pondok Pesantren Sarang di Rembang, Jawa Tengah.

Melansir NU Online, dalam buku Manaqib KH Imam Khalil Kyai Sufi Membumi, Kamis (2/10/2025), sebelum meletusnya peristiwa G/30S, selama tiga hari berturut-turut di Pesantren Sarang Kabupaten Rembang-Jateng, Kiai Imam Khalil selalu mengumandangkan adzan subuh.

Kiai Imam Khalil yang akrab disapa Kiai Imam Sarang merupakan satu dari sekian ulama yang memiliki peran penting dalam menumpas G30S.

Orang yang mendengarnya gempar karena ketika adzan subuh terdengar suara Kiai Imam Khalil pasti akan terjadi sesuatu yang mengerikan. Misalnya bencana, musibah, atau hal-hal yang lain.

Salah seorang santri yang pulang ke rumahnya penasaran menanyakan perihal Adzan Subuh tersebut ke ayahnya. “Pak ape ono opo iki kok Mbah Imam adzan Subuh mben isuk sampek tigang dinten? (Pak mau ada apa ini? Kok Kiai Imam adzan subuh tiap pagi hari sampai tiga hari)".

“Iki ape ono parigawe cong (Ini mau ada peristiwa besar nak)," jawab wali santri tersebut.

Hingga akhirnya kurang dari sebulan PKI datang ke wilayah Sarang. Sepekan sebelum kejadian itu, tepat pada Jumat, Kiai Imam Khalil memesan bambu runcing dalam jumlah besar. Kemudian, Kiai Imam Khalil menyerahkan bambu-bambu tersebut kepada santri santrinya.

Salah seorang santri memberanikan diri menanyakan perihal bambu tersebut, ”Niki kangge nopo mbah (ini untuk apa Mbah?). Kiai Imam Khalil lantas menjawab, “Iki kanggo jogo-jogo (ini untuk jaga-jaga)."

Maksud Kiai Imam Khalil membagikan bambu-bambu tersebut baru dipahami para santri ketika tersebar kabar adanya pemberontakan PKI.

Masyarakat, kemudian banyak yang sowan untuk meminta bambu kepada Kiai Imam Khalil. Namun, ternyata bambu-bambu itu tidak cukup dan sudah habis dibagi-bagikan.

Kiai Imam Khalil kemudian memanggil semua pengurus pondok dan mengutus mereka untuk mencari sodo aren (lidi pohon aren) sebagai ganti bambu-bambu yang telah habis.

Setelah mencari kemana-mana hingga ke selatan Kota Tuban, para pengurus yang mendapatkan mandat tugas dari Kiai Imam Khalil tak kunjung mendapatkan sodo aren yang dimaksud. Mereka hanya mendapatkan penjalin (rotan) di jalanan yang mereka lalui.

Kiai Imam Khalil pun berkata, “Yowis penjalin wae” (Ya sudah pakai rotan saja). Akhirnya, Kiai Imam Khalil membeli rotan dalam jumlah sangat besar untuk dibagi-bagikan kepada para santri dan masyarakat sekitar yang meminta.

Kiai Imam Khalil kemudian membuat celupan rotan di kulah (kolam) pondok lor agar rotan yang dicelupkan memiliki khasiat yang mampu mengusir para pemberontak PKI. Kiai Imam Khalil lantas membaca wirid atau doa khusus dan tak perlu waktu lama, ia meludah di air kulah pondok.

Seketika itu, ia berseru memberikan perintah kepada santrinya yang bernama Hamzawi, “Ayo penjaline jukuki, PKI arep berontak (ayo ambil rotannya, karena PKI mau memberontak)."

“Celupno jeding, celupno jeding (celupkan ke kulah celupkan ke kulah)," seru Kiai Imam Khalil dengan tegas.

Para santri yang mendengar perintah langsung berbondong-bondong mencelupkan rotannya ke dalam kulah pondok yang telah diberi nama oleh sang kiai.

Semula celup penjalin ini dikhususkan untuk santri-santri Pesantren Sarang saja, namun karena kabar celup penjalin itu menyebar, akhirnya masyarakat Sarang dan sekitarnya datang berduyun-duyun untuk ikut mencelupkan rotan mereka ke dalam kulah pondok.

Rotan yang telah dicelupkan ini terkenal memiliki kekuatan atau kejadukan yang dahsyat. Dalam satu sabetan rotan, musuh bisa langsung terkapar. Selain penjalin, mereka juga mencelupkan berbagai barang seperti baju agar kebal, kayu, dan lain-lain.

Kendati Kiai Imam Kholil melarang mereka untuk mencelupkan senjata tajam dan benda-benda tajam lainnya. Selain itu, dirinya juga memberikan amalan khusus bagi mereka yang memberikan sowan ke ndalem Kiai Imam Kholil.

Ketika PKI bergerilya menyerang wilayah Sarang tepat pada 30 September terjadi kejadian aneh, karena mereka tidak mampu menembus area Pesantren Sarang.

Sehingga, penyerangan hanya terjadi di desa-desa terpencil selatan pesantren, PKI dengan mudah dilumpuhkan hanya dengan satu sabetan rotan saja.

Rotan-rotan yang dicelupkan ini, menurut Kiai Imam Khalil bukanlah alat untuk membunuh, namun untuk berjaga-jaga apabila ada musuh yang menyerang secara tiba-tiba.

Sumber: okz

Komentar