Jemaah Aolia tidak hanya tahun ini berlebaran lebih dahulu dibandingkan pemerintah, NU, maupun Muhammadiyah. Tahun lalu mereka berlebaran pada 20 April. Sementara pemerintah tahun lalu menetapkan 1 Syawal jatuh pada 22 April dan Muhammadiyah pada 21 April.
Meskipun berlebaran kemarin, mereka tidak melakukan gema takbir pada Kamis malamnya. Selain itu setelah salat Ied, dilanjutkan dengan persiapan salat Jumat. Jumlah jemaah yang mengikuti salat Ied di Masjid Aolia sekitar 30 orang laki-laki dan perempuan.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat merespons kelompok atau jemaah Aolia yang berlebaran pada Jum'at (5/4) itu. Ketua MUI Pusat bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis mengatakan aliran atau kelompok seperti jemaah Aolia itu bukan sesat.
"Tetapi menyimpang dari syariat Islam," katanya.
Pasalnya dalam syariat Islam, Jum'at itu belum 1 Syawal. Baik dari metode perhitungan hisab, apalagi rukyah atau pemantauan hilal. Dia menegaskan kepercayaan yang dipegang oleh pemimpin jemaah Aolia tersebut tidak sesuai dengan syariat Islam.
"Tidak perlu ditiru oleh yang lain," katanya.
Artikel Terkait
Kerangka Manusia Kwitang: Polda Metro Jaya Ambil Alih Penyidikan, Ini Update DNA Terbaru
Hutama Karya KSO Borong Proyek Jalan Papua Rp 4,8 Triliun, Target Rampung 2027
Zohran Mamdani Kuliah di Bowdoin College: Profil dan Pendidikan Calon Wali Kota New York
Kasus 2 Kerangka di Kwitang Diambil Alih Ditreskrimum, Polisi Tunggu Hasil DNA